PENINGKATAN
KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT NARASI DENGANMENGGUNAKAN MODEL SCRAMBLE UNTUK SISA
KELAS X SMA
BAB
I
MENULIS
KALIMAT NARASI
A. Tahukah
Kamu Apa itu Menulis Kalimat Narasi ?
Menulis merupakan kegiatan yang
produktif dan ekspresif. Produktif karena kegiatan ini akan menghasilkan suatu
produk berupa tulisan. Ekspresif karena menulis, menuangkan gagasan dalam
bentuk tulisan. Berdasarkan penelitian Mathew Lieberman, menulis ternyata dapat
menghilangkan stres karena meningkatkan aktivitas ventrolateral prefrontal
cortex, bagian otak yang berfungsi mengurangi perasaan negatif. Tentunya tanpa
mengesampingkan keterampilan berbahasa lain, kegiatan menulis akan berhasil
dengan baik jika ditunjang keterampilan reseptif, yakni membaca dan menyimak.
Pinoza memaparkan bahwa berdasarkan
penyajian dan tujuan dalam penyampaian suatu tulisan, menulis dibedakan atas
enam jenis, yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan
campuran. Deskripsi merupakan pelukisan, narasi berarti pengisahan, eksposisi
pemaparan, argumentasi adalah pembahasan, persuasi sifatnya mengajak, dan
campuran yang berarti kombinasi. Dalam pembelajaran menulis di sekolah,
pembelajaran berdasarkan jenis-jenis tersebut telah diajarkan sejak tingkat
pendidikan dasar (SD), hingga ke kuliah.
Sistem penulisan tidak terlepas
dari bentuk sebuah karangan. Karangan dalam (http://ryansikep.blogspot.com/2009/12/pengertian-karangan-dan-contoh
karangan.html) merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang
untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami. Sedangkan dalam dalam Kamus Bahasa
Indonesia (2008:640) karangan yaitu hasil mengarang; tulisan; cerita; artikel;
buah pena. Jadi karangan merupakan suatu hasil buah pena atau hasil ungkapan
gagasan yang disampaikan secara tertulis.
Menurut Anton M. Moliono (1989:124) berdasarkan
tujuannya ada beberapa bentuk karangan yaitu (1) penulisan yang bertujuan
memberikan informasi, penjelasan, keterangan, atau pemahaman termasuk golongan
pemaparan, hasilnya dapat disebut pemaparan atau eksposisi, (2) jika bertujuan
meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau membujuk
pihak lain agar pendapat pribadi diterima, termasuk golongan pembahasan,
hasilnya dapat disebut bahasan, persuasi, atau argumentasi, (3) penulisan yang
sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengamatan maupun berdasarkan perekaan,
dan yang tujuannya lebih banyak mengimbau, tergolong kategori pengisahan,
hasilnya dapat disebut kisahan atau narasi, (4) penulisan yang
menggambarkan bentuk objek pengamatan, rupanya, sifatnya, rasanya, atau
coraknya termasuk golongan pemerian, hasilnya dapat disebut pemerian atau
deskripsi.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa karangan adalah suatu bentuk pengungkapan ide, gagasan, perasaan atau
hasil tulisan sesorang yang disampaikan kepada orang lain dalam bahasa tulis
dengan tujuan tertentu. Berdasarkan tujuannya ada beberapa bentuk karangan
yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Narasi dipaparkan sebagai jenis
pengembangan paragraf dengan gaya bercerita. Narasi dalam Bahasa Inggris
(narration) berarti cerita. Dalam buku The Oxford Essential Guide to Writing,
narasi didefinisikan sebagai urutan peristiwa bermakna dengan alur maju. Narasi pada
dasarnya adalah suatu cerita. Dalam Kamus Besar Indonesia (2008:196) narasi
adalah penceritaan suatu peristiwa atau kejadian juga cerita atau deskripsi
dari suatu kejadian atau peristiwa. Sehingga narasi juga hampir mirip
dengan deskripsi.
Yang membedakan narasi dengan
deskripsi ialah terletak pada “waktu” sebagaimana pernyataan Gorys Keraf
(2003:136) “…kalau narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau
peristiwa, maka tampak bahwa narasi akan sulit dibedakan dari deskripsi karena
setiap peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan menggunakan metode
deskripsi. Sebab itu ada unsur lain yang harus diperhitungkan, yaitu unsur
waktu. Dengan demikian pengertian narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu
perbuatan dan tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. …. Bila
deskripsi menggambarkan suatu objek secara statis, maka narasi mengisahkan
suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.”
Berdasarkan beberapa pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan suatu penggambaran peristiwa
atau proses yang memperhatikan unsur waktu. Sementara itu, dari
pendapat- pendapat di atas, dapat diketahui ada beberapa halyang berkaitan dengan
narasi. Hal tersebut meliputi: 1.) berbentuk cerita atau kisahan, 2.)
menonjolkan pelaku, 3.) menurut perkembangan dari waktu ke waktu, 4.) disusun
secara sistematis.
B. Bagaimana
dengan Prinsip-Prinsip Narasi ?
Prinsip-prinsip
dasar narasi merupakan tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi.
Prinsip tersebut antara lain :
1. Alur
(plot)
Alur
dengan jalan cerita tidak dapat terpisahkan,tetapi harus dibedakan. Jalan
cerita memuat kejadian, tetapi suatu kejadian terjadi karena ada sebab dan
alasannya. Yang menggerakkan kejadian cerita tersebut adalah alur, yaitu segi
rohaniah dari kejadian. Suatu kejadan baru dapat disebut narasi jika didalamnya
ada perkembangan kejadian. Dan suatu kejadian berkembang jika ada yang menyebabkan terjadinya
perkambangan. Dalam hal ini disebut konflik. Alur sering dikupas menjadi elemn
sebagai berikut : (1) pengenalan, (2) timbulnya konflik, (3) konflik memuncak,
(4) klimaks, (5) pemecahan masalah. Alur merupakan kerangka dasar yang sangat
penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama
lain, bagaimana tokoh harus digambarkan dan berperan, bagaimana situasi dan
karakter( tokoh) dalam suatu kesatuan waktu.
2. Penokohan
Penokohan
ialah mengisahkan tokoh cerita yang bergarak dalam suatu rangkaian perbuatan
atau mengisahkan tokoh cerita terlibat dalam suatu peristiwa dan kejadian.
Tindakan, peristiwa, kejadian disusun bersama-sama sehingga mendapat kesan atau
efek tunggal.
3. Latar
(setting)
Latar
ialah tempat atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami
tokoh. Sering kita jumpai cerita hanya mengisahkn latar secara umm. Misalnya
disebutkan: di tepi hutan, di sebuah desa,dll. Dalam latar waktu misalnya
disebutkan: pada zaman dahulu, pada suatu senja, dll.
Penyebutan
nama latar secara pasti atau secara umum dalam narasi sebenarnya menyangkut
esensi dan tujuan yang hendak dicapai narasi itu sendiri. Narasi informasional
esensinya merupakan hasil pengamatan pengarang diinformasikan kepada pembaca.
Narasi artistik esensinya adalah hasil imajinasi pengarang untuk memberikan
pengalaman estetik kepada pembaca. Konsistensi antara dunia latar(latar fisik)
dan dunia dalam (kejiwaan, suasana hati) tokoh. Dunia mandiri dan utuh tidak
harus sesuai dengan dunia keseharian. Dunia mandiri dan utuh adakalanya
terpisah dengan dunia keseharian, dan sering disebut dunia imajinasi memiliki jarak estetis(aesthetical distance).
4.
Sudut Pandang (point of
view)
Sudut
pandang menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah ini. Apapun sudut
pandang yang dipilih pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita.
Sebab watak dan pribadi si pencerita akan banyak menentukan cerita yang
ditutrkan pada pembaca. Jika pencerita(narator) berbeda maka detail-detail
cerita yang dipilih juga berbeda. Ada empat macam kedudukan pokok narator dalam
cerita yaitu:
a. Narator
serba tahu (Omniscient point of view)
Dalam kedudukan
ini narator bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia bisa menciptakan apa saja
yang ia perlukan untuk malangkapi ceritanya, sehingga mencapai efek yang
diinginkan.
b. Narator
bertindak objektif (Objective point of
view)
Dalam kedudukan
ini pengarang bekerja seperti dalam teknik omniscient
hanya pengarang sama sekali tidak memberi komentar apapun. Pembaca hanya
disuguhi “pandangan mata’’. Pengarang menceritakan apa yang terjadi, seperti
penonton melihat pementasan drama. Pengarang sama sekali tidak mau masuk ke
dalam pikiran para pelaku.
c. Narator
(ikut) aktif (Narator acting)
Narator juga
aktor yang terlibat dalam cerita. Kadang-kadang fungsinya sebagai tokoh
sentral. Cara ini tampak dalam penggunaan kata ganti orang pertama (aku, saya, kami).
d. Narator
sebagai peninjau
Dalam teknik ini
pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian cerita
kita ikuti bersama tokoh ini. Tokoh ii bisa bercerita tentang pendapat atau
perasaanya sendiri.
Narasi
sebenarnya bertujuan untuk memberikan informasi atau aasan dan memperluas
pengetahuan juga memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.
Sedangkan
narasi mempunyai karakteristik sebagai berikut:
·
Menyajikan serangkaian berita atau
peristiwa.
·
Disajikan dalam urutan waktu serta
kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir.
·
Menampilkan pelaku peristiwa atau
kejadian.
·
Latar (setting) digambarkan secara
hidup dan terperinci.
C.
Jenis Narasi
1. Narasi
Ekspositorik (Narasi Informasional)
Narasi
Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara
tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang
tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu
peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya,
satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai
terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka
ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan
ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada,
tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.
Untuk lebih
jelasnya, kita dapat melihat contoh berikut ini.
Contoh 1
Sudah
Tua Renta Tapi Banyak Berjasa
Nama dia sendiri Tarkimi. Tapi
lebih dikenal dengan panggilan Bu Dar’an, karena telah puluhan tahun menjadi
istri Pak Dar’an. Kini, Bu Tarkimi atau Bu Dar’an ini usianya sekitar 65 tahun,
sudah tua renta, lagi berstatus janda, sebab hampir setahun yang lalu Pak
Dar’an meninggal dunia. Namun demikian, ketuaannya tidak menjadi penghalang
pekerjaan pokoknya sebagai tukang memperbaiki alat-alat musik yang terbuat dari
kayu, mulai cuk yang kecil sampai bass yang besar, mulai gitar model kuno
sampai gitar listrik—model terakhir.
Sebenarnya, Pak Dar’an itulah yang
sejak kecil suka main musik terutama keroncong, yang pandai memperbaiki
alat-alat musik, dan begitu terkenal sejak zaman penjajahan Belanda dulu,
sampai detik-detik terakhirnya sebelum meninggal dunia. Pak Dar’an dikenal
sangat teliti dan rapi dalam bekerja, sehingga banyak pemilik alat-alat musik
yang kebetulan mengalami kerusakan, membawa alat-alatnya kesana untuk
diperbaiki. Mereka yang datang bukan hanya dari kota Tegal saja sebagai tempat
kelahiran sekaligus tempat praktek Pak Dar’an, tetapi juaga dari kota-kota lain,
seperti Pemalang, Pekalongan, Slawi, Bumiayu, Brebes, pendek kata seluruh
Keresidenan Pekalongan. Rupanya kebolehan Pak Dar’an dengan istrinya dalam hal mereparasi alat-alat musik ini tak
ada duanya di Keresidenan Pekalongan.
Bagaimana kisah Bu Tarkimi bisa
bertemu Pak Dar’an? Tanya penulis. “Wah mula-mula saya hanya menjadi juru masak
perkumpulan orkes yang bernama “Mata Roda”. Salah seorang anggotanya adalah Pak
Dar’an itu”, katanya. “Ke mana-mana kalau orkes Mata Roda mengadakan
pertunjukan, saya tentu selalu dibawa serta sebagai tukang mengurus makanan dan
minuman. Lama-kelamaan karena kami sering bertemu pandang, dia melamar saya dan
akhirnya saya diambil sebagaia istrinya, dengan maskawin tujuh ringgit”,
sambungnya.
Dan sejak Pak Dar’an meninggal dunia,
semua pekerjaan memperbaiki alat-alat musik diambil oper oleh Bu Dar’an. Karena
keterbatasan kemampuan serta tenaganya, maka Bu Dar’an tidak mampu membuat
gitar, cuk, bass, atau cello lagi. Dulu, ketika Pak Dar’an masih hidup, dia
memang bukan hanya pandai memperbaiki saja. Bahkan gitar, cello, bass, atau cuk
buatannya sangat terkenal karena mutunya tidak kalah jauh dengan buatan luar
negeri.
Pak Dar’an di masa mudanya memang
dikenal sebagai “buaya keroncong”. Dan perkumpulannya yang bernama “Mata Roda” merupakan perkumpulan orkes keroncong yang
paling top pada masa itu. Dan rupanya Bu Tarkimi yang masih gadis itu sangat
terpesona pada kemahiran pemuda Dar’an dalam memainkan melodi atau cuk,
sehingga akhirnya dia pun jatuh cinta pada si “buaya keroncong” ini. Dan
jadilah Bu Dar’an berkenalan dengan alat-alat musik, sampai dikenal jauh dari
kota asalnya.
Sampai kini, Bu Dar’an yang tua
renta ini tidak pernah kekurangan pekerjaan. Selalu saja ada orang-orang yang
datang minta jasa baiknya untuk membantu memperbaiki alat-alat musik mereka
yang rusak.
“Ya, dari sini Nak, saya makan.
Habis saya tak punya anak seorang pun, dan juga tak ada pekerjaan lain yang
mendatangkan uang,” katanya . Berapa tarifnya utuk memperbaiki alat-alat musik
ini? “Itu sih bergantung dari kerusakannya, termasuk ringan atau berat. Gitar
yang ,masih rusak ringan cukup dengan ongkos Rp500,00, tapi yang berat
Rp1000,00 sampai Rp2000,00. Biola, biar kecil tapi lebih rumit ongkos
reparasinya sekitar Rp1000,00 sampai Rp2000,00” katanya mengakhiri omong-omong
dengan penulis suatu sore di rumahnya yang sangat sederhana, di kampung
Krobogan Kotamadya Tegal.
(H.D.
Haryo Sasongko, Kompas)
2.
Narasi Sugestif (Narasi
Artistik)
Narasi sugestif
adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu,
menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar
sehingga tampak seolah-olah melihat. Sementara itu, sasaran utamanya bukan
memperluas penegtahuan seseorang tetapi berusaha memberikan makna atas
peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Di bawah ini, akan
dicontohkan karangan narasi sugestif / artistik.
Contoh 2
Sebuah
Penantian
Ia melintas kamar untuk menutup
jendela ketika saya masih di tempat tidur. Ia kelihatan menggigil, mukanya
pucat dan dia berjalan pelan-pelan seakan-akan sakit kalaun bergerak.
“Kenapa, Schatz?”
“Pusing,”
“Sebaiknya kamu tidur saja.”
“Tidak, saya tidak apa-apa.”
“Tidurlah, saya berganti pakaian
dulu, nanti saya periksa kamu.”
Tapi ketika saya selesai berganti
pakaian dan datang menemuinya, ternyata ia telah duduk di dekat perapian. Anak
yang baru berumur 9 tahun itu kelihatannya sangat sakit. Saya raba
dahiny-demam-pikirku.
“Tidurlah, kamu demam.”
“Saya tidak apa-apa,” katanya.
Dokter yang kupanggil datang, dan
dia langsung memeriksa suhu badan anak itu.
“Berapa Dok?” tanyaku.
“Seratus dua.”
Dokter itu meninggalkan tiga macam
obat. Satu untuk menurunkan demam, satu lagi untuk membunuh virus influenza,
dan yang ketiga untuk menetralkan asam, dokter itu menerangkan.
“Tidak usah cemas selama panasnya
dibawah serarus empat. Ini hanya flu ringan saja dan tidak berbahaya jika
radang paru-parunya dapat dihindarkan.”
Saya kembali ke kamar anak saya dan
menulis suhu badan anak itu serta membuat catatan tentang waktu untuk meminum
kapsul-kapsul itu.
“Kamu ingin dibicarakan sesuatu?”
“Kalau papa mau.”
Muka anak itu pucat sekali dan di
sekeliling matanya ada daerah kehitam-hitaman. Ia berbaring kaku di ranjang dan
matanya menerawang.
Saya membaca keras-keras kisah
tentang bajak laut, dari buku karangan Howard Pyle, tapi saya tahu ia tidak
mengikutinya.
“Bagaimana rasanya Schatz?”
“Sama saja, rasanya.”
Saya duduk di ujung ranjang dan
membaca untuk diriku sendiri sambil menanti sampai tibanya waktu untuk
memberikan kapsul yang lainnya. Satu kapsul sudah diminumnya ketika dokter
memberikannya tadi. Mustinya ia sudah tidur, ternyata ia masih melihat ujung
tempat tidur dengan pandangan yang kosong dan aneh.
“Kenapa kau tidak tidur? Nanti papa
bangunkan kalau harus minum obat.”
“Sebaiknya saya bangun saja.” Ia
berhenti sejenak lalu menambahkan, “Papa tidak usah menunggui saya kalau itu
menganggu papa.”
“Sama sekali tidak mengganggu
papa.”
Mungkin ia agak gelisah pikirku.
Saya beri dia kapsul jam 11:00 lalu saya pergi sebentar.
Hari sangat dingin. Pepohonan dan
semak-semak tertutup salju yang membeku. Saya membawa anjing saya
berjalan-jalan di atas permukaan salju yang licin. Anjing saya berkali-kali
tergelincir. Juga saya telah dua kali jatuh, sekali dengan senapan meluncur
jauh di atas es.
Kami melihat sekelompok burung
puyuh, dan saya menembak dua ekor, selagi mereka menghilang di balik tebing.
Lincinnya es membuatku sukar untuk menembak karena kaki menjadi tidak tetap.
Saya toh cukup gembira bahwa masih banyak yang tinggal hidup untuk ditembak
lain kali.
Di rumah saya mendengar kabar bahwa
anak saya menolak orang masuk ke kamarnya.
“Kalian tidak boleh masuk, kalian
tidak boleh ketularan.”
Ketika saya masuk ia masih tetap
memandang ujung ranjang, sama seperti ketika saya meninggalkannya tadi. Saya
mengambil suhu badannya.
“Berapa?”
“Seratus dua empat persepuluh.”
“Ooo, seratus dua.”
“Suhu badanmu tak perlu
dicemaskan.”
“saya tidak cemas hanya saya tidak
dapat berpikir.”
“jangan pikirka apa-apa,
tenang-tenang saja.”
“saya berusaha tenang.”
Ia, melihat lurus ke depan. Tenang
sekali ia berusaha menyimpan sesuatu persoalan.
“Minumlah obat ini.”
“Apakah ini menolong?”
“Tentu saja.”
Saya membaca lagi keras-keras
tetapi karena ia tidak mengikutinya, saya berhenti.
“Jam berapa kira-kira saya mati?”
“Apa?”
“Berapa lama lagi saya hidup?”
“Kau tak akan mati. Ada apa sih?”
“Ya saya akan mati, saya dengar
dokter berkata seratus dua.”
“Saya tahu orang akan mati dengan
panas seratus dua. Di sekolah dikatakan orang tak dapat hidup dengan panas
empat puluh empat derajat. Saya seratus dua derajat.”
Ia rupanya sedang menunggu kematian
sepanjang hari, sejak jam sembilan pagi.
“Schatz, kau benar-benar
keeterlaluan. Inikan seperti mil dan kilometer. Termometer yang itu normalnya
37o, yang ini 98o. Tepat berapa kilometer kita tempuh bila
kita berjalan tujuh puluh mil dengan mobil, tepat seperti itu.
“Oh,....”
Ia mengawasi tepi ranjang sambil
berpikir, pelan-pelan ia menjadi tenang. Besoknya ia menjadi sangat tenang,
sdan berteriak-teriak lagikarena yang hal-hal kecil seperti biasanya.
(Ernest
Hemingway, A Day’s Wait, terjemahan
Irsan Gautama)
Agar perbedaan antara narasi
informasional dan narasi artistik dapat dilihat lebih jelas, berikut ciri-ciri dominan pada kedua macam karangan
narasi.
Narasi
Informasional
|
Narasi
Artistik
|
1. Memperluas
pengetahuan.
2. Menyampaikan
informasi faktual mengenai sesuatu kejadian.
3. Didasarkan
pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.
4. Bahasa
lebih condong ke bahasa informatif dengan titi berat pada percakapan
kata-kata denotatif.
|
1. Menyampaikan
suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
2. Menimbulkan
daya khayal.
3. Penalaran
hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu
penalaran dapat dilanggar.
4. Bahasanya
lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitik beratkan penggunaan
kata-kata konotatif.
|
Dari uraian dan
contoh di atas dapatlah kita simpulkan bahwa narasi informasional atau narasi
ekspositoris digunakan untuk karangan faktual seperti biografi, autobiografi,
sejjarah, atau proses dan cara melakukan sesuatu hal. Sebaliknya, karangan
narasi artistik atau narasi sugestif digunakan untuk karangan imajinatif
seperti cerpen, novel, roman, dan drama.
D.
Langkah Menulis Narasi
Untuk
memandu dalam menulis narasi, berikut ini disajikan langkah-langkah praktis mengembangkan
karangan narasi.
1. Tentukan
dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. Anda mau menulis tentang apa? Pesan
apakah yang hendak disampaikan kepada pembaca?
2. Tetapkan
sasaran pembaca kita. Siapa yang akan membaca karangan kita, orang dewasa,
remaja, ataukah anak-anak?
3. Rancang
peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.
Kejadian-kejadian apa saja yang akan dimunculkan? Apakah kejadian-kejadian yang
akan disajikan itu penting? Adakah kejadian penting yang belum ditampilkan?
4. Bagi
peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.
Peristiwa-peristiwa apa saja yang cocok untuk setiap bagian cerita? Apakah
peristiwa-peristiwa itu telah tersusun secara logis dan wajar?
5. Rinci
peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung
cerita. Kejadian-kejadian penting dan menarik apa saja yang berkaitan dan
mendukung peristiwa utama?
6.
Susun tokoh dan
perwatakan, latar, dan sudut pandang.
BAB II
IDE PEMBELAJARAN
Ide
Pembelajaran 1
Dalam
ide pembelajaran pertama siswa di berikan pemahaman mengenai kalimat narasi.
Struktur kalimat, langkah-langkah menulis, dan cirri-ciri kalimat narasi.
Kemudian siswa di kelompokkan menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok akan mendapatkan
satu tema yang nantinya akan dibuat menjadi tema kalimat narasi mereka. Setiap
kelompok mulai berdiskusi dan menyusun kalimat narasi mereka.
Setiap
kelompok diberikan penjelasan tentang permainan menyusun kalimat narasi ini.
Setelah setiap kelompok selesai berdiskusi, setiap satu siswa akan mewakili
kelompoknya untuk mulai permainan ini. Kelompok pertama akan membacakan satu
kalimat narasi yang telah disusun, kemudian kelompok selanjutnya akan
melanjutkan kalimat yang pertama dan seterusnya sampai kelompok terakhir.
Kemudian kalimat- kalimat tersebut akan disusun menjadi satu.
Langkah-Langkah
Menulis Kalimat Narasi
Langkah-
langkah menulis kalimat narasi:
a. Bacalah
contoh teks narasi dengan teliti.
b. Analisis
struktur teks narasi tersebut.
c. Perhatikan
ciri kebahasaan dan tujuan teks.
d. Susunlah
sebuah kalimat yang saling berhubungan dengan kalimat lainnya.
e. Kemudian susunlah kalimat tersebut menjadi satu.
BAB III
EVALUASI
Perhatikan
kalimat narasi berikut, dan temukan struktur kalimat tersebut!
Kalimat Narasi
|
Struktur Kalimat
|
Pukul dua pagi tiba-tiba aku terbangun karena aku
mendengar suara yang tidak lazim berasal dari dapur rumahku. Saat itu aku
bingung dan takut karena semua keluargaku sedang pergi ke rumah nenek dan aku
memang sengaja tidak ikut karena ada janji dengan temanku keesokan harinya.
Pada awalnya aku mencoba untuk tidak menghiraukan suara tersebut. Aku menutup
kepalaku dengan sebuah bantal. Aku kira apa yang aku lakukan tersebut
berhasil. Namun “Pranggg” aku mendengar suara piring yang jatuh. Aku pun
tidak tahan lagi dengan itu semua. Segera aku bangun dari tempat tidurku dan
ku ambil tongkat pemukul bola baseball di samping ranjangku. Lalu aku
menghela nafas dalam-dalam dan memberanikan diriku untuk pergi ke dapur. Semakin
aku mendekati dapur, suara tersebut semakin terdengar jelas. Aku pun semakin
ketakutan. Keringat di tubuhku semakin deras dan detak jantungku semakin
hebat. Ketika aku sampai di depan pintu dapur, aku melihat sebuah bayangan
yang agak besar di tembok yang ada di depanku. Nyaliku pun semakin menciut.
Aku melangkahkan kakiku untuk menjauh dan ketika aku akan pergi dari temapat
itu. Sosok itu pun menyergapku dari belakang. Dia menumbur belakang kakiku
dan membuat aku terjatuh. Aku tidak tahu lagi apa yang harus ku lakukan saat
itu karena seluruh badanku lemas. Aku sempat berfikir untuk pura-pura
pingsan. Namun saat itu juga aku mendengar suara “Meong, meong” dan ternyata
yang menabrakku dan membuat keributan dini hari itu adalah seekor kucing. Aku
kesal dengan kucing itu tapi aku pun sedikit lega bahwa sosok itu adalah
bayangan seekor kucing.
|
|
Latihan !
1.
Masalah menjadi lebih besar. … .
Mereka telah menjadi saling memusuhi, bukan lagi persaingan. Mereka tak lagi
saling sapa seperti biasa. Hubungan persaudaraan antara mereka yang cukup dekat
tak lagi mereka acuhkan. Diro dan Didi masih terhitung saudara. Ayah Diro
adalah anak dari kakaknya ibu Didi.
Kalimat yang tepat untuk melengkapi paragraf narasi
di atas adalah….
a.
Semua orang pernah menghadapi masalah
yang memusingkannya.
b.
Tak ada alasan untuk lari dari
masalah yang sedang menghadang.
c.
Antara Diro dan Didi makin mejadi
makin masuk ke dalam persaingan tak sehat.
d.
Masalah Diro yang utama adalah
ketidakmampuannya berempati kepada orang lain.
e.
Diro dan Didi telah berunding
untuk menyepakati jalan bagi penyelesaian masalah mereka.
2.
Dunia terasa kelam bagiku. … . Ke
mana cahaya akan aku cari. Semua sepi, sunyi. Tak ada suara. Masih sanggupkah
aku melalui hari-hari seperti ini dalam masa hidupku berikutnya.
“Engkau digenggam oleh dosa-dosamu.”
“Ya, ya ….”
“Engkau dibelenggunya di dalam sebuah ruang
hampa.”
“Aku mengangguk kuat-kuat. Dia benar. Dia selalu
benar. Hanya aku sering tak mengacuhkan apa yang ia ucapkan.”
Kalimat yang tepat untuk melengkapi paragraf
naratif di atas adalah….
a.
Hari telah malam dan matahari
telah membenamkan dirinya.
b.
Tak ada yang tampak selain
kegelapan.
c.
Suatu saat dunia pasti berakhir.
d.
Kehidupan telah dianugerahkan
kepada manusia.
e.
Semua bisa terjadi sekejap mata.
Perhatikan
kalimat narasi berikut:
1.
Hingga
suatu hari sebuah peristiwa merubah kehidupannya180 derajat. Saat itu dirinya
sedang duduk di bangku kuliah semester 5, secara tidak sengaja dia diajak oleh
temannya untuk mengikuti seminar bisnis yang ada di kampusnya. Sejak saat itulah
pikirannya terbuka, dia mulai membuka usaha kecil-kecilan, yaitu sebagai
penjual kue donat di kampusnya.
2.
Pada
mulanya Muhammad Ibnu adalah seorang pria biasa yang berasal dari sebuah
keluarga yang tidak mampu.Sejak kecil dia selalu terbiasa dengan kerja keras,
meskipun begitu dia tidak pernah mengeluh dengan nasib dirinya itu.
3. Tetapi dia tidak menyerah hingga nasib membaawanya menjadi
seorang penjual bakso. Meskipun awalnya dia menjajakan baksonya dengan
berkeliling,lambat laun usaha baksonya menjadi besar dan sukses. Akhirnya dia
pun dikenal sebagai Muhammad Ibnu sang juragan bakso.
4. Namun, usaha itu tidak berjalan lama karena dia
mengalami kebangkrutan meskipun begitu dia tidak menyerah dan tetap
berusaha sekeras mungkin. Semua usaha pun dijajal olehnya dan
gagal, seperti membuka jasa pengetikan, berjualan Koran, penjaja minuman,
dan lain-lain, bahkan dia pun sempat terlilit hutang.
Susunan
kalimat narasi yang benar di atas sehingga menjadi kalimat narasi yang kompleks
adalah….
a.
2-4-3-1
b.
2-1-4-3
c.
3-1-4-2
d.
3-4-2-1
e.
2-3-4-1
BAB IV
MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE
A.
Pengertian
Istilah
scrambel berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia
berarti perebutan,pertarungan atau perjuangan. Soeparno (1998:60) berpendapat
bahwa metode scrambel adalah salah satu permainan bahasa,yang
pada hakikatnyapermainan bahasa merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh
keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan.
Scramble merupakan metode mengajar dengan membagikan lembar soal dengan
lembar jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban
dan cara penyelesaian dari soal yang ada. Scramble dipakai untuk jenis
permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan
peningkatan wawasan pemikiran kosakata. Sesuai dengan sifat jawabannya
scramble terdiri atas bermacam-macam bentuk yakni:
a.
Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan huruf-huruf
yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang
bermakna misalnya:
alpjera =
pelajar
kubu =
buku
b.
Scramble kalimat , yakni sebuah permainan menyusun kalimat kata-kata acak .
bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna,tepat,dan benar.
c.
Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan
kalimat- kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya logis
,bermakna.
Melalui pembelajaran kooperatif
metode scramble , siswa dapat dilatih berkreasi menyusun
kata,kalimat atau wacanayang acaj susunannya dengan susunan yang bermakna dan
mungkin lebih baik dari susunan aslinya.
Pembelajaran kooperatif
metode scramble adalah sebuah metode yang menggunakan
penekanan latihan soal berupa permainan yang dikerjakan secara berkelompok.
Dalam metode pembelajaran ini perlu adanya kerja sama antar anggota kelompok
untuk saling membantu teman sekelompok dapat berpikir kritis sehingga dapat
lebih mudah dalam mencari penyelesaian soal . metode pembelajaran ini
diharapkan dapat memacu minat siswa dalam pebelajaran.
Model Pembelajaran Scramble tampak
seperti Model Pembelajaran Word Square, bedanya jawaban soal tidak
dituliskan di dalam kotak- kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan namun dengan
susunan yang acak, peserta didik yang nanti bertugas mengkoreksi
(membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang
tepat/benar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metodescramble merupakan
metode yang berbentuk permainan acak kata , kalimat atau paragraf.
B. Kelebihan Model Pembelajaran Scramble
Metode
pembelajaran scramble adalah sebuah metode pembelajaran yang berbentuk
permainan acak kata, kalimat, atau paragraf. Sama seperti metode pembelajaran
yang lain, metode pembelajaran scramble juga memiliki kelemahan dan kelebihan.
Kelebihan yang dimiliki model
pembelajaran scramble :
a.
Dalam model
pembelajaran scramble , tidak ada siswa atau anggota kelompok yang pasif atau
hanya diam, hal ini dikarenakan setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab
untuk keberhasilan kelompoknya. Setiap anggota kelompok diharuskan untuk
mengetahui segala hal yang di kerjakan di dalam keklompoknya, mengetahui bahwa
semua anggota memiliki tujuan yang sama, membagi tugas dan juga tanggung jawab
yang sama diantara anggotanya, semua anggota akan dikenai evaluasi, setiap
anggota juga harus siap menjadi pemimpin dan dapat berbagi dalam belajar
bersama-sama. Selain itu setiap anggota juga akan di mintai
pertanggungjawabanya secara mandiri tentang materi yang ditangani dalam
kelompok.
b.
Model
pembelajaran scramble membuat siswa lebih kreatif dalam belajar dan berpikir,
mempelajari materi secara lebih santai dan tanpa tekanan karena model
pembelajaran scramble memungkinkan para siswa untuk belajar sambil bermain.
c.
Model
pembelajaran scramble dapat menumbuhkan rasa solidaritas diantara anggota
kelompoknya.
d.
Materi yang
diberikan menjadi mengesankan dan selalu diingat siswa.
e.
Model
pembelajaran scramble juga mendorong siswa lebih kompetitif dan semangat untuk
lebih maju.
C.
Kelemahan
Model Pembelajaran Scramble
Model pembelajaran scramble memiliki kelemahan atau
kekurangan sebagai berikut:
a.
Model
pembelajaran ini sulit dalam hal perencanaanya karena belum terbiasa dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
b.
Memerlukan
waktu yang panjang dalam pengimplementasiannya, sehingga guru susah
menyesuaikan waktu yang sudah ditetapkan.
c.
Model
pembelajaran ini sulit diimplementasikan apabila kriteria keberhasilan belajar
masih ditentukan oleh kemampuan siswa.
d.
Karena
menggunakan metode permainan, model pembelajaran ini sering menimbulkan
kegaduhan yang bisa mengganggu kelas.
D. Manfaat Penggunaan Metode Scramble
Bagi Peserta Didik :
·
Peserta
didik yang mengalami kesulitan dalam mengingat istilah yang sulit akan
terkurangi bebannya.
·
Peserta
didik lebih termotivasi untuk belajar.
·
Meningkatkan
kemampuan bekerja sama dan bersosialisasi.
Bagi guru :
·
Mendapat
Pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran.
·
Sebagai
motivasi meningkatkan keterampilan untuk memilih strategi pembelajaran yang
bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan
layanan yang terbaik bagi peserta didik.
·
Guru dapat
semakin menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan tapi tetap
serius.
E.
Langkah-langkah Penerapan Model Scramble
Secara umum langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
scramble terbagi dalam tiga kegiatan yaitu :
a.
Persiapan
Pada tahap ini guru menyiapkan bahan dan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran. Media yang digunakan berupa kartu soal dan kartu jawaban , yang
sebelumnya jawaban telah di acak sedemikian rupa. Guru menyiapkan kartu-kartu
sebanyak kelompok yang telah dibagi. Guru mengatur hal-hal yang mendukung
proses belajar mengajar misalnya mengatur tempat duduk sesuai kelompok yang
telah dibagi, ataupun memeriksa kesiapan siswa belajar dan sebagainya.
b.
Kegiatan
inti
Kegiatan dalam tahap ini adalah setiap masing-masing kelompok melakukan
diskusi untuk mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang
cocok,sebelumnya jawaban telah diacak sedemikian rupa.
Guru melakukan diskusi kelompok besar untuk menganalisis dan
mendengar pertanggung jawaban dari setiap kelompok kecil atas hasil kerja yang
telah disepakati dalam masing-masing kelompok kemudian membandingkan dan
mengkaji jawaban yang tepat dan logis.
c.
Tindak
lanjut
Kegiatan tindak lanjut tergantung dari hasil belajar siswa. contoh kegiatan
tindak lanjut antara lain:
·
Kegiatan
pengayaan berupa pemberian tugas serupa dengan bahan yang berbeda.
·
Kegiatan
menyempurnakan susunan teks asli,jika terdapat susunan yang tidak
memperlihatkan kelogisan.
·
Kegiatan
mengubah materi bacaan (memparafrase atau menyederhanakan bacaan).
·
Mencari
makna kosakata baru di dalam kamus dan mengaplikasikan dalam pemakaian kalimat.
·
Membetulkan
kesalahan-kesalahan tata bahasa yang mungkin ditemukan dalam teks wacana
latihan.
Satu hal
yang penting dalam model ini, siswa tidak sekedar berlatih memahami dan
menemukan susunan teks yang baik dan logis, melainkan juga dilatih untuk
berpikir kritis analitis. Hal-hal yang berkenaan dengan aspek kebahasaan,
kebenaran, ketepatan struktur kalimat dan tanda baca dapat menjadi perhatian
dan perbincangan siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi,
Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka
Kurniasih,
Imas. dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Jakarta.
Kata Pena
Sharman,
Shlomo. 2014. The Handbook of COOPERATIVE
LEARNING. Yogyakarta. Istana Media
http://www.kelasindonesia.com/2015/03/pengertian-contoh-paragraf-narasi-beserta-ciri-dan-jenisnya.html
0 komentar:
Posting Komentar