Kamis, 14 Januari 2016

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT NARASI DENGANMENGGUNAKAN MODEL SCRAMBLE UNTUK SISA KELAS X SMA


PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT NARASI DENGANMENGGUNAKAN MODEL SCRAMBLE UNTUK SISA KELAS X SMA



BAB I
MENULIS KALIMAT NARASI

A.    Tahukah Kamu Apa itu Menulis Kalimat Narasi ?

Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Produktif karena kegiatan ini akan menghasilkan suatu produk berupa tulisan. Ekspresif karena menulis, menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Berdasarkan penelitian Mathew Lieberman, menulis ternyata dapat menghilangkan stres karena meningkatkan aktivitas ventrolateral prefrontal cortex, bagian otak yang berfungsi mengurangi perasaan negatif. Tentunya tanpa mengesampingkan keterampilan berbahasa lain, kegiatan menulis akan berhasil dengan baik jika ditunjang keterampilan reseptif, yakni membaca dan menyimak.
Pinoza memaparkan bahwa berdasarkan penyajian dan tujuan dalam penyampaian suatu tulisan, menulis dibedakan atas enam jenis, yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan campuran. Deskripsi merupakan pelukisan, narasi berarti pengisahan, eksposisi pemaparan, argumentasi adalah pembahasan, persuasi sifatnya mengajak, dan campuran yang berarti kombinasi. Dalam pembelajaran menulis di sekolah, pembelajaran berdasarkan jenis-jenis tersebut telah diajarkan sejak tingkat pendidikan dasar (SD), hingga ke kuliah.
Sistem penulisan tidak terlepas dari bentuk sebuah karangan. Karangan dalam (http://ryansikep.blogspot.com/2009/12/pengertian-karangan-dan-contoh karangan.html)  merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.  Sedangkan dalam dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008:640) karangan yaitu hasil mengarang; tulisan; cerita; artikel; buah pena. Jadi karangan merupakan suatu hasil buah pena atau hasil ungkapan gagasan yang disampaikan secara tertulis.
Menurut Anton M. Moliono (1989:124) berdasarkan tujuannya ada beberapa bentuk karangan yaitu (1) penulisan yang bertujuan memberikan informasi, penjelasan, keterangan, atau pemahaman termasuk golongan pemaparan, hasilnya dapat disebut pemaparan atau eksposisi, (2) jika bertujuan meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau membujuk pihak lain agar pendapat pribadi diterima, termasuk golongan pembahasan, hasilnya dapat disebut bahasan, persuasi, atau argumentasi, (3) penulisan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengamatan maupun berdasarkan perekaan, dan yang tujuannya lebih banyak mengimbau, tergolong kategori pengisahan, hasilnya dapat disebut kisahan atau narasi, (4)  penulisan yang menggambarkan bentuk objek pengamatan, rupanya, sifatnya, rasanya, atau coraknya termasuk golongan pemerian, hasilnya dapat disebut pemerian atau deskripsi.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan adalah suatu bentuk pengungkapan ide, gagasan, perasaan atau hasil tulisan sesorang yang disampaikan kepada orang lain dalam bahasa tulis dengan tujuan tertentu. Berdasarkan tujuannya ada beberapa bentuk karangan yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Narasi dipaparkan sebagai jenis pengembangan paragraf dengan gaya bercerita. Narasi dalam Bahasa Inggris (narration) berarti cerita. Dalam buku The Oxford Essential Guide to Writing, narasi didefinisikan sebagai urutan peristiwa bermakna dengan alur maju. Narasi pada dasarnya adalah suatu cerita. Dalam Kamus Besar Indonesia (2008:196) narasi adalah penceritaan suatu peristiwa atau kejadian juga cerita atau deskripsi dari suatu  kejadian atau peristiwa. Sehingga narasi juga hampir mirip dengan deskripsi.
Yang membedakan narasi dengan deskripsi ialah terletak pada “waktu” sebagaimana pernyataan Gorys Keraf (2003:136) “…kalau narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa, maka tampak bahwa narasi akan sulit dibedakan dari deskripsi karena setiap peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan menggunakan metode deskripsi. Sebab itu ada unsur lain yang harus diperhitungkan, yaitu unsur waktu. Dengan demikian pengertian narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu perbuatan dan tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. …. Bila deskripsi menggambarkan suatu objek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.”
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan suatu penggambaran peristiwa atau proses yang memperhatikan unsur waktu.  Sementara itu, dari pendapat- pendapat di atas, dapat diketahui ada beberapa halyang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut meliputi: 1.) berbentuk cerita atau kisahan, 2.) menonjolkan pelaku, 3.) menurut perkembangan dari waktu ke waktu, 4.) disusun secara sistematis.
B.     Bagaimana dengan Prinsip-Prinsip Narasi ?
Prinsip-prinsip dasar narasi merupakan tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip tersebut antara lain :
1.      Alur (plot)
Alur dengan jalan cerita tidak dapat terpisahkan,tetapi harus dibedakan. Jalan cerita memuat kejadian, tetapi suatu kejadian terjadi karena ada sebab dan alasannya. Yang menggerakkan kejadian cerita tersebut adalah alur, yaitu segi rohaniah dari kejadian. Suatu kejadan baru dapat disebut narasi jika didalamnya ada perkembangan kejadian. Dan suatu kejadian berkembang  jika ada yang menyebabkan terjadinya perkambangan. Dalam hal ini disebut konflik. Alur sering dikupas menjadi elemn sebagai berikut : (1) pengenalan, (2) timbulnya konflik, (3) konflik memuncak, (4) klimaks, (5) pemecahan masalah. Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana tokoh harus digambarkan dan berperan, bagaimana situasi dan karakter( tokoh) dalam suatu kesatuan waktu.

2.      Penokohan
Penokohan ialah mengisahkan tokoh cerita yang bergarak dalam suatu rangkaian perbuatan atau mengisahkan tokoh cerita terlibat dalam suatu peristiwa dan kejadian. Tindakan, peristiwa, kejadian disusun bersama-sama sehingga mendapat kesan atau efek tunggal.

3.      Latar (setting)
Latar ialah tempat atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Sering kita jumpai cerita hanya mengisahkn latar secara umm. Misalnya disebutkan: di tepi hutan, di sebuah desa,dll. Dalam latar waktu misalnya disebutkan: pada zaman dahulu, pada suatu senja, dll.
Penyebutan nama latar secara pasti atau secara umum dalam narasi sebenarnya menyangkut esensi dan tujuan yang hendak dicapai narasi itu sendiri. Narasi informasional esensinya merupakan hasil pengamatan pengarang diinformasikan kepada pembaca. Narasi artistik esensinya adalah hasil imajinasi pengarang untuk memberikan pengalaman estetik kepada pembaca. Konsistensi antara dunia latar(latar fisik) dan dunia dalam (kejiwaan, suasana hati) tokoh. Dunia mandiri dan utuh tidak harus sesuai dengan dunia keseharian. Dunia mandiri dan utuh adakalanya terpisah dengan dunia keseharian, dan sering disebut dunia imajinasi memiliki jarak estetis(aesthetical distance).

4.      Sudut Pandang (point of view)
Sudut pandang menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah ini. Apapun sudut pandang yang dipilih pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita. Sebab watak dan pribadi si pencerita akan banyak menentukan cerita yang ditutrkan pada pembaca. Jika pencerita(narator) berbeda maka detail-detail cerita yang dipilih juga berbeda. Ada empat macam kedudukan pokok narator dalam cerita yaitu:
a.       Narator serba tahu (Omniscient point of view)
Dalam kedudukan ini narator bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia bisa menciptakan apa saja yang ia perlukan untuk malangkapi ceritanya, sehingga mencapai efek yang diinginkan.
b.      Narator bertindak objektif (Objective point of view)
Dalam kedudukan ini pengarang bekerja seperti dalam teknik omniscient hanya pengarang sama sekali tidak memberi komentar apapun. Pembaca hanya disuguhi “pandangan mata’’. Pengarang menceritakan apa yang terjadi, seperti penonton melihat pementasan drama. Pengarang sama sekali tidak mau masuk ke dalam pikiran para pelaku.
c.       Narator (ikut) aktif (Narator acting)
Narator juga aktor yang terlibat dalam cerita. Kadang-kadang fungsinya sebagai tokoh sentral. Cara ini tampak dalam penggunaan kata ganti orang pertama (aku, saya, kami).
d.      Narator sebagai peninjau
Dalam teknik ini pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian cerita kita ikuti bersama tokoh ini. Tokoh ii bisa bercerita tentang pendapat atau perasaanya sendiri.
Narasi sebenarnya bertujuan untuk memberikan informasi atau aasan dan memperluas pengetahuan juga memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.
Sedangkan narasi mempunyai karakteristik sebagai berikut:
·         Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa.
·         Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir.
·         Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian.
·         Latar (setting) digambarkan secara hidup dan terperinci.
C.    Jenis Narasi
1.      Narasi Ekspositorik (Narasi Informasional)
Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.











Untuk lebih jelasnya, kita dapat melihat contoh berikut ini.

Contoh 1
Sudah Tua Renta Tapi Banyak Berjasa

Nama dia sendiri Tarkimi. Tapi lebih dikenal dengan panggilan Bu Dar’an, karena telah puluhan tahun menjadi istri Pak Dar’an. Kini, Bu Tarkimi atau Bu Dar’an ini usianya sekitar 65 tahun, sudah tua renta, lagi berstatus janda, sebab hampir setahun yang lalu Pak Dar’an meninggal dunia. Namun demikian, ketuaannya tidak menjadi penghalang pekerjaan pokoknya sebagai tukang memperbaiki alat-alat musik yang terbuat dari kayu, mulai cuk yang kecil sampai bass yang besar, mulai gitar model kuno sampai gitar listrik—model terakhir.
Sebenarnya, Pak Dar’an itulah yang sejak kecil suka main musik terutama keroncong, yang pandai memperbaiki alat-alat musik, dan begitu terkenal sejak zaman penjajahan Belanda dulu, sampai detik-detik terakhirnya sebelum meninggal dunia. Pak Dar’an dikenal sangat teliti dan rapi dalam bekerja, sehingga banyak pemilik alat-alat musik yang kebetulan mengalami kerusakan, membawa alat-alatnya kesana untuk diperbaiki. Mereka yang datang bukan hanya dari kota Tegal saja sebagai tempat kelahiran sekaligus tempat praktek Pak Dar’an, tetapi juaga dari kota-kota lain, seperti Pemalang, Pekalongan, Slawi, Bumiayu, Brebes, pendek kata seluruh Keresidenan Pekalongan. Rupanya kebolehan Pak Dar’an dengan istrinya  dalam hal mereparasi alat-alat musik ini tak ada duanya di Keresidenan Pekalongan.
Bagaimana kisah Bu Tarkimi bisa bertemu Pak Dar’an? Tanya penulis. “Wah mula-mula saya hanya menjadi juru masak perkumpulan orkes yang bernama “Mata Roda”. Salah seorang anggotanya adalah Pak Dar’an itu”, katanya. “Ke mana-mana kalau orkes Mata Roda mengadakan pertunjukan, saya tentu selalu dibawa serta sebagai tukang mengurus makanan dan minuman. Lama-kelamaan karena kami sering bertemu pandang, dia melamar saya dan akhirnya saya diambil sebagaia istrinya, dengan maskawin tujuh ringgit”, sambungnya.
Dan sejak Pak Dar’an meninggal dunia, semua pekerjaan memperbaiki alat-alat musik diambil oper oleh Bu Dar’an. Karena keterbatasan kemampuan serta tenaganya, maka Bu Dar’an tidak mampu membuat gitar, cuk, bass, atau cello lagi. Dulu, ketika Pak Dar’an masih hidup, dia memang bukan hanya pandai memperbaiki saja. Bahkan gitar, cello, bass, atau cuk buatannya sangat terkenal karena mutunya tidak kalah jauh dengan buatan luar negeri.
Pak Dar’an di masa mudanya memang dikenal sebagai “buaya keroncong”. Dan perkumpulannya yang bernama “Mata Roda”  merupakan perkumpulan orkes keroncong yang paling top pada masa itu. Dan rupanya Bu Tarkimi yang masih gadis itu sangat terpesona pada kemahiran pemuda Dar’an dalam memainkan melodi atau cuk, sehingga akhirnya dia pun jatuh cinta pada si “buaya keroncong” ini. Dan jadilah Bu Dar’an berkenalan dengan alat-alat musik, sampai dikenal jauh dari kota asalnya.
Sampai kini, Bu Dar’an yang tua renta ini tidak pernah kekurangan pekerjaan. Selalu saja ada orang-orang yang datang minta jasa baiknya untuk membantu memperbaiki alat-alat musik mereka yang rusak.
“Ya, dari sini Nak, saya makan. Habis saya tak punya anak seorang pun, dan juga tak ada pekerjaan lain yang mendatangkan uang,” katanya . Berapa tarifnya utuk memperbaiki alat-alat musik ini? “Itu sih bergantung dari kerusakannya, termasuk ringan atau berat. Gitar yang ,masih rusak ringan cukup dengan ongkos Rp500,00, tapi yang berat Rp1000,00 sampai Rp2000,00. Biola, biar kecil tapi lebih rumit ongkos reparasinya sekitar Rp1000,00 sampai Rp2000,00” katanya mengakhiri omong-omong dengan penulis suatu sore di rumahnya yang sangat sederhana, di kampung Krobogan Kotamadya Tegal.
(H.D. Haryo Sasongko, Kompas)
2.      Narasi Sugestif (Narasi Artistik)
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Sementara itu, sasaran utamanya bukan memperluas penegtahuan seseorang tetapi berusaha memberikan makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Di bawah ini, akan dicontohkan karangan narasi sugestif / artistik.

Contoh 2
Sebuah Penantian

Ia melintas kamar untuk menutup jendela ketika saya masih di tempat tidur. Ia kelihatan menggigil, mukanya pucat dan dia berjalan pelan-pelan seakan-akan sakit kalaun bergerak.
“Kenapa, Schatz?”
“Pusing,”
“Sebaiknya kamu tidur saja.”
“Tidak, saya tidak apa-apa.”
“Tidurlah, saya berganti pakaian dulu, nanti saya periksa kamu.”
Tapi ketika saya selesai berganti pakaian dan datang menemuinya, ternyata ia telah duduk di dekat perapian. Anak yang baru berumur 9 tahun itu kelihatannya sangat sakit. Saya raba dahiny-demam-pikirku.
“Tidurlah, kamu demam.”
“Saya tidak apa-apa,” katanya.
Dokter yang kupanggil datang, dan dia langsung memeriksa suhu badan anak itu.
“Berapa Dok?” tanyaku.
“Seratus dua.”
Dokter itu meninggalkan tiga macam obat. Satu untuk menurunkan demam, satu lagi untuk membunuh virus influenza, dan yang ketiga untuk menetralkan asam, dokter itu menerangkan.
“Tidak usah cemas selama panasnya dibawah serarus empat. Ini hanya flu ringan saja dan tidak berbahaya jika radang paru-parunya dapat dihindarkan.”
Saya kembali ke kamar anak saya dan menulis suhu badan anak itu serta membuat catatan tentang waktu untuk meminum kapsul-kapsul itu.
“Kamu ingin dibicarakan sesuatu?”
“Kalau papa mau.”
Muka anak itu pucat sekali dan di sekeliling matanya ada daerah kehitam-hitaman. Ia berbaring kaku di ranjang dan matanya menerawang.
Saya membaca keras-keras kisah tentang bajak laut, dari buku karangan Howard Pyle, tapi saya tahu ia tidak mengikutinya.
“Bagaimana rasanya Schatz?”
“Sama saja, rasanya.”
Saya duduk di ujung ranjang dan membaca untuk diriku sendiri sambil menanti sampai tibanya waktu untuk memberikan kapsul yang lainnya. Satu kapsul sudah diminumnya ketika dokter memberikannya tadi. Mustinya ia sudah tidur, ternyata ia masih melihat ujung tempat tidur dengan pandangan yang kosong dan aneh.
“Kenapa kau tidak tidur? Nanti papa bangunkan kalau harus minum obat.”
“Sebaiknya saya bangun saja.” Ia berhenti sejenak lalu menambahkan, “Papa tidak usah menunggui saya kalau itu menganggu papa.”
“Sama sekali tidak mengganggu papa.”
Mungkin ia agak gelisah pikirku. Saya beri dia kapsul jam 11:00 lalu saya pergi sebentar.
Hari sangat dingin. Pepohonan dan semak-semak tertutup salju yang membeku. Saya membawa anjing saya berjalan-jalan di atas permukaan salju yang licin. Anjing saya berkali-kali tergelincir. Juga saya telah dua kali jatuh, sekali dengan senapan meluncur jauh di atas es.
Kami melihat sekelompok burung puyuh, dan saya menembak dua ekor, selagi mereka menghilang di balik tebing. Lincinnya es membuatku sukar untuk menembak karena kaki menjadi tidak tetap. Saya toh cukup gembira bahwa masih banyak yang tinggal hidup untuk ditembak lain kali.
Di rumah saya mendengar kabar bahwa anak saya menolak orang masuk ke kamarnya.
“Kalian tidak boleh masuk, kalian tidak boleh ketularan.”
Ketika saya masuk ia masih tetap memandang ujung ranjang, sama seperti ketika saya meninggalkannya tadi. Saya mengambil suhu badannya.
“Berapa?”
“Seratus dua empat persepuluh.”
“Ooo, seratus dua.”
“Suhu badanmu tak perlu dicemaskan.”
“saya tidak cemas hanya saya tidak dapat berpikir.”
“jangan pikirka apa-apa, tenang-tenang saja.”
“saya berusaha tenang.”
Ia, melihat lurus ke depan. Tenang sekali ia berusaha menyimpan sesuatu persoalan.
“Minumlah obat ini.”
“Apakah ini menolong?”
“Tentu saja.”
Saya membaca lagi keras-keras tetapi karena ia tidak mengikutinya, saya berhenti.
“Jam berapa kira-kira saya mati?”
“Apa?”
“Berapa lama lagi saya hidup?”
“Kau tak akan mati. Ada apa sih?”
“Ya saya akan mati, saya dengar dokter berkata seratus dua.”
“Saya tahu orang akan mati dengan panas seratus dua. Di sekolah dikatakan orang tak dapat hidup dengan panas empat puluh empat derajat. Saya seratus dua derajat.”
Ia rupanya sedang menunggu kematian sepanjang hari, sejak jam sembilan pagi.
“Schatz, kau benar-benar keeterlaluan. Inikan seperti mil dan kilometer. Termometer yang itu normalnya 37o, yang ini 98o.  Tepat berapa kilometer kita tempuh bila kita berjalan tujuh puluh mil dengan mobil, tepat seperti itu.
“Oh,....”
Ia mengawasi tepi ranjang sambil berpikir, pelan-pelan ia menjadi tenang. Besoknya ia menjadi sangat tenang, sdan berteriak-teriak lagikarena yang hal-hal kecil seperti biasanya.
(Ernest Hemingway, A Day’s Wait, terjemahan Irsan Gautama)

Agar perbedaan antara narasi informasional dan narasi artistik dapat dilihat lebih jelas, berikut  ciri-ciri dominan pada kedua macam karangan narasi.

  
Narasi Informasional
Narasi Artistik
1.       Memperluas pengetahuan.

2.       Menyampaikan informasi faktual mengenai sesuatu kejadian.
3.       Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.


4.       Bahasa lebih condong ke bahasa informatif dengan titi berat pada percakapan kata-kata denotatif.
1.       Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
2.       Menimbulkan daya khayal.

3.       Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.
4.       Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitik beratkan penggunaan kata-kata konotatif.



























Dari uraian dan contoh di atas dapatlah kita simpulkan bahwa narasi informasional atau narasi ekspositoris digunakan untuk karangan faktual seperti biografi, autobiografi, sejjarah, atau proses dan cara melakukan sesuatu hal. Sebaliknya, karangan narasi artistik atau narasi sugestif digunakan untuk karangan imajinatif seperti cerpen, novel, roman, dan drama.

D.    Langkah Menulis Narasi
Untuk memandu dalam menulis narasi, berikut ini disajikan langkah-langkah praktis mengembangkan karangan narasi.
1.      Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. Anda mau menulis tentang apa? Pesan apakah yang hendak disampaikan kepada pembaca?
2.      Tetapkan sasaran pembaca kita. Siapa yang akan membaca karangan kita, orang dewasa, remaja, ataukah anak-anak?
3.      Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur. Kejadian-kejadian apa saja yang akan dimunculkan? Apakah kejadian-kejadian yang akan disajikan itu penting? Adakah kejadian penting yang belum ditampilkan?
4.      Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita. Peristiwa-peristiwa apa saja yang cocok untuk setiap bagian cerita? Apakah peristiwa-peristiwa itu telah tersusun secara logis dan wajar?
5.      Rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita. Kejadian-kejadian penting dan menarik apa saja yang berkaitan dan mendukung peristiwa utama?
6.       Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.



BAB II
IDE PEMBELAJARAN

Ide Pembelajaran 1
Dalam ide pembelajaran pertama siswa di berikan pemahaman mengenai kalimat narasi. Struktur kalimat, langkah-langkah menulis, dan cirri-ciri kalimat narasi. Kemudian siswa di kelompokkan menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok akan mendapatkan satu tema yang nantinya akan dibuat menjadi tema kalimat narasi mereka. Setiap kelompok mulai berdiskusi dan menyusun kalimat narasi mereka.
Setiap kelompok diberikan penjelasan tentang permainan menyusun kalimat narasi ini. Setelah setiap kelompok selesai berdiskusi, setiap satu siswa akan mewakili kelompoknya untuk mulai permainan ini. Kelompok pertama akan membacakan satu kalimat narasi yang telah disusun, kemudian kelompok selanjutnya akan melanjutkan kalimat yang pertama dan seterusnya sampai kelompok terakhir. Kemudian kalimat- kalimat tersebut akan disusun menjadi satu.   

Langkah-Langkah Menulis Kalimat Narasi
Langkah- langkah menulis kalimat narasi:
a.       Bacalah contoh teks narasi dengan teliti.
b.      Analisis struktur teks narasi tersebut.
c.       Perhatikan ciri kebahasaan dan tujuan teks.
d.      Susunlah sebuah kalimat yang saling berhubungan dengan kalimat lainnya.
e.       Kemudian  susunlah kalimat tersebut menjadi satu.




BAB III
EVALUASI

Perhatikan kalimat narasi berikut, dan temukan struktur kalimat tersebut!
Kalimat Narasi
Struktur Kalimat
Pukul dua pagi tiba-tiba aku terbangun karena aku mendengar suara yang tidak lazim berasal dari dapur rumahku. Saat itu aku bingung dan takut karena semua keluargaku sedang pergi ke rumah nenek dan aku memang sengaja tidak ikut karena ada janji dengan temanku keesokan harinya. Pada awalnya aku mencoba untuk tidak menghiraukan suara tersebut. Aku menutup kepalaku dengan sebuah bantal. Aku kira apa yang aku lakukan tersebut berhasil. Namun “Pranggg” aku mendengar suara piring yang jatuh. Aku pun tidak tahan lagi dengan itu semua. Segera aku bangun dari tempat tidurku dan ku ambil tongkat pemukul bola baseball di samping ranjangku. Lalu aku menghela nafas dalam-dalam dan memberanikan diriku untuk pergi ke dapur. Semakin aku mendekati dapur, suara tersebut semakin terdengar jelas. Aku pun semakin ketakutan. Keringat di tubuhku semakin deras dan detak jantungku semakin hebat. Ketika aku sampai di depan pintu dapur, aku melihat sebuah bayangan yang agak besar di tembok yang ada di depanku. Nyaliku pun semakin menciut. Aku melangkahkan kakiku untuk menjauh dan ketika aku akan pergi dari temapat itu. Sosok itu pun menyergapku dari belakang. Dia menumbur belakang kakiku dan membuat aku terjatuh. Aku tidak tahu lagi apa yang harus ku lakukan saat itu karena seluruh badanku lemas. Aku sempat berfikir untuk pura-pura pingsan. Namun saat itu juga aku mendengar suara “Meong, meong” dan ternyata yang menabrakku dan membuat keributan dini hari itu adalah seekor kucing. Aku kesal dengan kucing itu tapi aku pun sedikit lega bahwa sosok itu adalah bayangan seekor kucing.


Latihan !
                                                 
1.      Masalah menjadi lebih besar. … . Mereka telah menjadi saling memusuhi, bukan lagi persaingan. Mereka tak lagi saling sapa seperti biasa. Hubungan persaudaraan antara mereka yang cukup dekat tak lagi mereka acuhkan. Diro dan Didi masih terhitung saudara. Ayah Diro adalah anak dari kakaknya ibu Didi.
Kalimat yang tepat untuk melengkapi paragraf narasi di atas adalah….
a.       Semua orang pernah menghadapi masalah yang memusingkannya.
b.      Tak ada alasan untuk lari dari masalah yang sedang menghadang.
c.       Antara Diro dan Didi makin mejadi makin masuk ke dalam persaingan tak sehat.
d.      Masalah Diro yang utama adalah ketidakmampuannya berempati kepada orang  lain.
e.       Diro dan Didi telah berunding untuk menyepakati jalan bagi penyelesaian masalah mereka.

2.      Dunia terasa kelam bagiku. … . Ke mana cahaya akan aku cari. Semua sepi, sunyi. Tak ada suara. Masih sanggupkah aku melalui hari-hari seperti ini dalam masa hidupku berikutnya.
“Engkau digenggam oleh dosa-dosamu.”
 “Ya, ya ….”
 “Engkau dibelenggunya di dalam sebuah ruang hampa.”
“Aku mengangguk kuat-kuat. Dia benar. Dia selalu benar. Hanya aku sering tak mengacuhkan apa yang ia ucapkan.”
Kalimat yang tepat untuk melengkapi paragraf naratif di atas adalah….
a.       Hari telah malam dan matahari telah membenamkan dirinya.
b.      Tak ada yang tampak selain kegelapan.
c.       Suatu saat dunia pasti berakhir.
d.      Kehidupan telah dianugerahkan kepada manusia.
e.       Semua bisa terjadi sekejap mata.

Perhatikan kalimat narasi berikut:
1.      Hingga suatu hari sebuah peristiwa merubah kehidupannya180 derajat. Saat itu dirinya sedang duduk di bangku kuliah semester 5, secara tidak sengaja dia diajak oleh temannya untuk mengikuti seminar bisnis yang ada di kampusnya. Sejak saat itulah pikirannya terbuka, dia mulai membuka usaha kecil-kecilan, yaitu sebagai penjual kue donat di kampusnya.
2.      Pada mulanya Muhammad Ibnu adalah seorang pria biasa yang berasal dari sebuah keluarga yang tidak mampu.Sejak kecil dia selalu terbiasa dengan kerja keras, meskipun begitu dia tidak pernah mengeluh dengan nasib dirinya itu.
3.      Tetapi dia tidak menyerah hingga nasib membaawanya menjadi seorang penjual bakso. Meskipun awalnya dia menjajakan baksonya dengan berkeliling,lambat laun usaha baksonya menjadi besar dan sukses. Akhirnya dia pun dikenal sebagai Muhammad Ibnu sang juragan bakso.
4.      Namun, usaha itu tidak berjalan lama karena dia mengalami kebangkrutan meskipun begitu dia tidak menyerah dan tetap berusaha sekeras mungkin. Semua usaha pun dijajal olehnya dan gagal, seperti membuka jasa pengetikan, berjualan Koran, penjaja minuman, dan lain-lain, bahkan dia pun sempat terlilit hutang.
Susunan kalimat narasi yang benar di atas sehingga menjadi kalimat narasi yang kompleks adalah….
a.       2-4-3-1
b.      2-1-4-3
c.       3-1-4-2
d.      3-4-2-1
e.       2-3-4-1
  

BAB IV
MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE

A.    Pengertian

Istilah scrambel berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia berarti perebutan,pertarungan atau perjuangan. Soeparno (1998:60) berpendapat bahwa metode scrambel adalah salah satu permainan bahasa,yang pada hakikatnyapermainan bahasa merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan.
Scramble merupakan metode mengajar dengan membagikan lembar soal dengan lembar jawaban  yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada. Scramble dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan  dan peningkatan wawasan pemikiran  kosakata. Sesuai dengan sifat jawabannya scramble terdiri atas bermacam-macam bentuk yakni:
a.       Scramble  kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna misalnya:
alpjera = pelajar
kubu     = buku
b.      Scramble kalimat , yakni sebuah permainan menyusun kalimat kata-kata acak . bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna,tepat,dan benar.
c.       Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat- kalimat acak.  Hasil susunan wacana hendaknya logis ,bermakna.
Melalui pembelajaran kooperatif metode scramble , siswa dapat dilatih berkreasi menyusun kata,kalimat atau wacanayang acaj susunannya dengan susunan yang bermakna dan mungkin lebih baik dari susunan aslinya.
Pembelajaran kooperatif metode scramble adalah sebuah metode yang menggunakan penekanan latihan soal berupa permainan yang dikerjakan secara berkelompok. Dalam metode pembelajaran ini perlu adanya kerja sama antar anggota kelompok untuk saling membantu teman sekelompok dapat berpikir kritis sehingga dapat lebih mudah dalam mencari penyelesaian soal . metode pembelajaran ini diharapkan dapat memacu minat siswa dalam pebelajaran.
Model Pembelajaran Scramble tampak seperti Model Pembelajaran Word Square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak- kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan namun dengan susunan yang acak, peserta didik yang nanti bertugas mengkoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/benar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metodescramble merupakan metode yang berbentuk permainan acak kata , kalimat atau paragraf.

B.    Kelebihan  Model Pembelajaran Scramble
Metode pembelajaran scramble adalah sebuah metode pembelajaran yang berbentuk permainan acak kata, kalimat, atau paragraf. Sama seperti metode pembelajaran yang lain, metode pembelajaran scramble juga memiliki kelemahan dan kelebihan.
Kelebihan yang dimiliki model pembelajaran scramble :
a.       Dalam model pembelajaran scramble , tidak ada siswa atau anggota kelompok yang pasif atau hanya diam, hal ini dikarenakan setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk keberhasilan kelompoknya. Setiap anggota kelompok diharuskan untuk mengetahui segala hal yang di kerjakan di dalam keklompoknya, mengetahui bahwa semua anggota memiliki tujuan yang sama, membagi tugas dan juga tanggung jawab yang sama diantara anggotanya, semua anggota akan dikenai evaluasi, setiap anggota juga harus siap menjadi pemimpin dan dapat berbagi dalam belajar bersama-sama. Selain itu setiap anggota juga akan di mintai pertanggungjawabanya secara mandiri tentang materi yang ditangani dalam kelompok.
b.      Model pembelajaran scramble membuat siswa lebih kreatif dalam belajar dan berpikir, mempelajari materi secara lebih santai dan tanpa tekanan karena model pembelajaran scramble memungkinkan para siswa untuk belajar sambil bermain.
c.       Model pembelajaran scramble dapat menumbuhkan rasa solidaritas diantara anggota kelompoknya.
d.      Materi yang diberikan menjadi mengesankan dan selalu diingat siswa.
e.       Model pembelajaran scramble juga mendorong siswa lebih kompetitif dan semangat untuk lebih maju.

C.    Kelemahan Model Pembelajaran Scramble

Model pembelajaran scramble memiliki kelemahan atau kekurangan sebagai berikut:
a.       Model pembelajaran ini sulit dalam hal perencanaanya karena belum terbiasa dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
b.      Memerlukan waktu yang panjang dalam pengimplementasiannya, sehingga guru susah menyesuaikan waktu yang sudah ditetapkan.
c.       Model pembelajaran ini sulit diimplementasikan apabila kriteria keberhasilan belajar masih ditentukan oleh kemampuan siswa.
d.      Karena menggunakan metode permainan, model pembelajaran ini sering menimbulkan kegaduhan yang bisa mengganggu kelas.

D.    Manfaat Penggunaan Metode Scramble

Bagi Peserta Didik :
·         Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengingat istilah yang sulit akan terkurangi bebannya.
·         Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar.
·         Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan bersosialisasi.
Bagi guru :
·         Mendapat Pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran.
·         Sebagai motivasi meningkatkan keterampilan untuk memilih strategi pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan yang terbaik bagi peserta didik.
·         Guru dapat semakin menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan tapi tetap serius.

E.     Langkah-langkah Penerapan Model Scramble

Secara umum langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model scramble terbagi dalam tiga kegiatan yaitu :
a.     Persiapan
Pada tahap ini guru menyiapkan bahan dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Media yang digunakan berupa kartu soal dan kartu jawaban , yang sebelumnya jawaban telah di acak sedemikian rupa. Guru menyiapkan kartu-kartu sebanyak kelompok yang telah dibagi. Guru mengatur hal-hal yang mendukung proses belajar mengajar misalnya mengatur tempat duduk sesuai kelompok yang telah dibagi, ataupun memeriksa kesiapan siswa belajar dan sebagainya.

b.    Kegiatan inti
Kegiatan dalam tahap ini adalah setiap masing-masing kelompok melakukan diskusi untuk mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok,sebelumnya jawaban telah diacak sedemikian rupa.
Guru melakukan diskusi kelompok besar untuk menganalisis  dan mendengar pertanggung jawaban dari setiap kelompok kecil atas hasil kerja yang telah disepakati dalam masing-masing kelompok kemudian membandingkan dan mengkaji  jawaban yang tepat dan logis.

c.    Tindak lanjut
Kegiatan tindak lanjut tergantung dari hasil belajar siswa. contoh kegiatan tindak lanjut antara lain:
·         Kegiatan pengayaan berupa pemberian tugas serupa dengan bahan yang berbeda.
·         Kegiatan menyempurnakan susunan teks asli,jika terdapat susunan yang tidak memperlihatkan kelogisan.
·         Kegiatan mengubah materi bacaan (memparafrase atau menyederhanakan bacaan).
·         Mencari makna kosakata baru di dalam kamus dan mengaplikasikan dalam pemakaian kalimat.
·         Membetulkan kesalahan-kesalahan tata bahasa yang mungkin ditemukan dalam teks wacana latihan.
Satu hal yang penting dalam model ini, siswa tidak sekedar berlatih memahami dan menemukan susunan teks yang baik dan logis, melainkan juga dilatih untuk berpikir kritis analitis. Hal-hal yang berkenaan dengan aspek kebahasaan, kebenaran, ketepatan struktur kalimat dan tanda baca dapat menjadi perhatian dan perbincangan siswa.






DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Kurniasih, Imas. dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Jakarta. Kata Pena
Sharman, Shlomo. 2014. The Handbook of COOPERATIVE LEARNING. Yogyakarta. Istana Media

http://www.kelasindonesia.com/2015/03/pengertian-contoh-paragraf-narasi-beserta-ciri-dan-jenisnya.html

0 komentar: