Laporan Hasil Observasi
Siswa terasa asing terhadap bahasa
nasionalnya yaitu bahasa Indonesia.
Mereka sungkan mengunakan dalam percakapan atau berbicara pada kesehariannya,
terutama di lingkungan sekolahnya. Keterasingan berbicara bahasa Indonesia ini karena tidak adanya aturan yang mengikat dalam penggunaanya.
Bahkan guru sebagai pendidikpun enggan
melakukannya. Maka perlu adanya pemecahan terhadap permasalahan di atas.
Dibuatnya aturan dari sekolah, keteladanan guru dalam penggunaan bahasa Indonesia,
pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai kompetensi, dan penilaian praktik secara rutin.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
dan juga dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 2009 tentang Ujian Akhir Sekolah
memuat Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran bahasaIndonesia yangmenuntutbagisiswamempunyaiberbagaiketerampilanberbahasaIndonesiayangbaikdanbenar.Sehinggasiswa
yangtelah lulusseharusnyamemilikiketerampilanberbahasaIndonesiasesuaistandarkelulusan. Akantetapi
kenyataannyadalampraktik sehari-hari padalembagapendidikan
baik tingkat dasar maupun perguruan tinggi
kurang mendukung terhadap keterampilan berbahasa Indonesia,
terutama dalam keterampilan
berbicara. Haliniterlihatpadasetiaplembagapendidikan,misalnya:pada saat proses kegiatan belajar mengajar (KBM) bahasa Indonesia baik guru atau siswa tidak
berbicara menggunakan bahasa Indonesia,
apalagi di luar kelas guru atau siswa selalu berbicara
menggunakan bahasa daerahnya.
Untuk itu, perlu adanya upaya membiasakan
berbahasa Indonesia dalam berbicara pada saat terjadinya interaksi hubungan antara guru dengan
siswa di sekolah. Bertitik
tolak dari hal atas, maka bagaimana upaya-upaya membiasakan
siswa berbicara bahasa Indonesia
di sekolah?
Berdasarkan permasalahan diatas, maka
penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Apa
pentingnya kemampuan berbicara Bahasa Indonesia di sekolah?
2. Apa
saja hambatan-hambatan dalam membiasakan berbicara Bahasa Indonesia di sekolah?
3. Bagaimana
langkah-langkah dalam membiasakan berbicara dengan Bahasa Indonesia di sekolah
?
Adapun
tujuan penelitian dari laporan hasil observasi ini, sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui pentingnya kemampuan berbicara Bahasa Indonesia di sekolah.
2. Untuk
mengetahui hambatan-hambatan dalam membiasakan berbicara Bahasa Indonesia di
sekolah.
3. Untuk
mengetahui langkah-langkah dalam membiasakan berbicara dengan Bahasa Indonesia
di sekolah.
Manfaat teoretis, yaitu :
Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan
khasanah tentang kemampuan berbicara dalam bahasa Indoesia.
Manfaat praktis, yaitu :
1. Menumbuhkan
rasa cinta terhadap bahasa Indonesia.
2. Meningkatkan
kemampuan berbicara bahasa Indonesia.
3. Bahasa
Indonesia menjadi lebih kental di lingkungan sekolah.
4. Mempermudah
dalam bekomunikasi antar siswa.
Berbicara merupakan salah satu alat
komunikasi yang paling efektif. Hal ini mendorong
orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa
berbicara akan lebih efektif dibandingkan
dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain. Maka bagi pelajar
(siswa) bicara juga berfungsi untuk mencapai tujuannya. Sehingga dalam
pembelajaran bahasa Indonesia kemampuan berbicara merupakan kompetensi yang harus
diujikan sesuai tingkatannya. Misalnya keterampilan berbicara bahasa Indonesia di
sekolah hanya terwujud pada proses kegiatan belajar
mengajar di kelas saja. Dalam kompetensi umum mata pelajaran bahasa Indonesia berbicara megungkapkan indikator-indikator yang berhubungan dengan
mengungkapkan gagasan, menyampaikan sambutan, berpidato, berdialog,
menjelaskan, mendiskripsikan, dan percakapan yang lainya yang hanya menyangkut
dalam pembelajaran saja.
Mempraktekkan berbicara bahasa Indonesia dalam
keseharian tidak pernah diperhatikan dan dinilai.
Para siswa dibiarkan berbicara menggunakan bahasa daerahnya
masing-masing, padahal bahasa resmi yang digunakanpadapendidikanadalahbahasaIndonesia.Sungguhmemprihatinkan
bila hal ini dibiarkan berlarut-larut pada setiaplembaga pendidikan.
Kadang lembagapendidikanlebihmerasabanggabiladapatmengembangkanbahasaasinglebihmajudaripadamengembangkan bahasa Indonesia,
seperti kata pepatah “kacang lupa kulitnya”. Ini adalah bukti konkret pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah belum
bisa mempraktikkan dalam kesehariannya. Maka perlu adanya
upaya bagi guru untuk menentukan kebijakan
supaya pembelajaranbahasaIndonesiatidak
hanya di kelas tetapi juga di luar kelas.
Bila keterampilan
berbicara bahasa Indonesia dapat diterapkan dalam sehari-hari oleh seluruh anggota sekolah
maka akan menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menumbuhkan semangat nasionalisme. Sehingga dapat
mempesatukan berbagai macam siswa yang berbeda asalnya. Menurut Tuhusetya dan Deni Kurniawan As’ari (dalam Rosdiana, 2008) “fungsi khusus bahasa, yaitu sebagai alat pemersatu berbagai suku
yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda”.
Berbicara merupakan keterampilan dalam
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Penggunaan bahasa
secara lisan dapat pula dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi berbicara secara langsung adalah pelafalan, intonasi, pilihan
kata, struktur kata dan kalimat, sistematika pembicaraan, isi pembicaraan, cara
memulai dan mengakhiri pembicaraan, dan penampilan.
Untuk mewujudkan keterampilan berbicara
bahasa Indonesia agar dapat diterapkan dalam percakapan sehari - hari, diperlukan
upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia di sekolah. Upaya itu dapat diterapkan dalam suatu
program-program, diantaranya sebagai berikut.
Kemampuan pokok yang ideal untuk dikuasai guru prefesional adalah kemampuan membantu siswa belajar efisien dan
efektif agar mencapai tujuan optimal (Abdulhak, 2008). Siswa membutuhkan contoh
dari guru yang dalam berbicara
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Guru hendaknya memberikan contoh
keteladanan dalam berbahasa agar siswa dapat menirukan dan
melafalkan kata atau kalimat dengan tepat sesuai kaidah yang berlaku. Dalam
melaksanakan upaya di atas, maka mereka harus berbicara bahasa Indonesia dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, ruang guru, atau di luar kelas. Bila guru
membiasakan untuk selalu berbahasa Indonesia, hal ini dapat membantu siswa
dalam belajar keterampilan berbicara bahasa Indonesia sehingga guru dapat dijadikan contoh oleh
siswanya dalam berbicara.
2. Menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Modeling The Way
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan berbicara bahasa Indonesia perlu menerapkan pendekatan Modeling
The Way (membuat contoh praktik). Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempraktikkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia melalui demonstrasi. Kemudian hasil demonstrasi ini dapat
diterapkan dalam keseharian di sekolah, yaitu siswa dibagi dalam beberapa
kelompok kecil kemudian melakukan identifikasi beberapa situasi umum yang biasa
siswa lakukan di ruang kelas dan di luar kelas dalam berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar lalu siswa mendemonstrasikan satu persatu
dalam berbicara bahasa Indonesia. Modeling The Way memberi waktu siswa untuk
menciptakan skenario sendiri dan menentukan bagaimana mengilustrasikan keterampilan berbicara
sesuai kelompoknya. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk memberikan feedback pada setiap demonstrasi yang
dilakukan.
Dengan pendekatan Modeling The Way dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
keterampilan berbicara siswa dapat meningkat dan keberanian siswa dalam
berbicara semakin berani dan tidak takut salah. Dengan demikian pembelajaran
dengan pendekatan Modeling The Way pada keterampilan berbicara bahasa Indonesia pada siswa tepat karena dapat meningkatkan kemampuan
keterampilan berbicara bahasa Indonesia.
Walaupun pelaksanaannya di luar kegiatan belajar mengajar tetapi guru harus mengadakan penilaian
keterampilan berbicara pada kesehariannya. Penilaian ini akan menjadi motivasi bagi siswa untuk berusaha mempraktikkannya baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan demikian siswa
termotivasi untukmelakukan perbuatan yang sama bahkan
berusaha meningkatkannya. Penilaian praktik di luar kelas dengan cara siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sesuai pada pendekatan Modeling The Way. Pada kelompok-kelompok
tersebut setiap siswa diberi lembar penilaian yang memuat nama siswa yang
diamati yaitu siswa yang tidak berbicara bahasa Indonesia baik di dalam kelas maupun di luar kelas, data kalimat yang tidak
diucapkan dengan bahasa Indonesia oleh siswa tersebut, dan data rekap kesalahan siswa. Setiap siswa
dalam pergaulannya sehari-hari di sekolah saling menilai teman-temannya,
sehingga mereka sama-sama saling mengawasi. Dengan kondisi dan situasi yang
demikian maka seluruh siswa berusaha semaksimal mungkin berbicara bahasa Indonesia sehari-hari, supaya jumlah kesalahan yang dicatat temannya sedikit
mungkin. Hal inilah yang membuat siswa semakin berani dan percaya diri
berbicara bahasa Indonesia di sekolah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar bahasa adalah kondisi eksternal. Kondisi eksternal yaitu faktor di luar
diri siswa, seperti lingkugan sekolah, guru, teman
sekolah, dan peraturan sekolah. Kondisi eksternal terdiri atas 3 prinsip
belajar yaitu:
a) Memberikan situasi atau materi yang sesuai dengan respon yang diharapkan,
b) Pengulangan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama di ingat,
c) Penguatan respons yang tepat untuk mempertahankan dan menguatkan
respons itu.
Program sehari berbahasa di tiap sekolah
merupakan kondisi eksternal yang efektif untuk mempraktikkan keterampilan
berbahasa. Hal ini sudah sangat lazim dilakukan pada pondok pesantren modern,
contohnya Pondok Pesantren Gontor yang menerapkan
program kepada santrinya untuk sehari berbahasa Arab
dan sehari berbahasa Inggris, sehingga santrinya mahir berbahasa Arab
dan Inggris.
Bila program ini dapat diterapkan di sekolah
tentunya akan sangat bermanfaat dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Mereka akan terbiasa dan tidak canggung
berbicara bahasa Indonesia di lingkungan sekolah. Program ini ternyata cukup ampuh untuk
pembiasaan bagi warga sekolah untuk berbicara bahasa Indonesia.
C.
Hambatan-Hambatan
Berbicara Bahasa Indonesia di Sekolah
Usaha untuk meningkatkan
keterampilan berbicara bahasa Indonesia
di sekolah akan ditemui hambatan yang datang dari
lingkungan sekolah itu sendiri,
antara lain:
·
Adanya pandangan guru bahwa berbicara bahasa Indonesia dalam
keseharian di sekolah itu tidak lazim.
Halinitercerminketikadalampergaulansehari-harimerekasungkanberbicarabahasa
Indonesiabahkandenganlugasnya
berbicara seenaknya.MerekalupabahwapenggunaanbahasaIndonesiadipakaipadabahasaresmi
lembagapemerintahdan pendidikan. Hal
ini terjadi di sekolah-sekolah dari jenjang SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi,
mereka para guru tetap menggunakan bahasa
daerahnya. Jarang sekali mereka berbicara menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan teman guru atau bahkan dengan para
siswanya.
Keadaan yang demikian menimbulkan sikap apatis pada
diri siswa karena merasa tidak ada gunanya baik yang berbicara bahasa Indonesia maupun yang tidak. Belum adanya pengawasan dan penilaian dari guru dalam pelaksanaan berbicara bahasa Indonesia di luar kelas mengakibatkan siswa acuh dalam mempraktikkannya.
Sehingga perlu adanya model penilaian yang nyata dalam percakapan sehari-hari
sehingga dapat mebuat siswa bersemangat dalam menggunakan bahasa Indonesia
dalam keseharian di sekolah.
Untuk sementara ini pada setiap lembaga pendidikan belum ada yang mempunyai inisiatif memberlakukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa sehari-hari. Entah karena gengsi atau merasa bahasa Indonesia tidak terkenal. Padahal menurut Profesor Yang Seung-Yoon, Ph.D dari Hankuk
University of Foreign Studies, Seoul, Korea, berpandangan bahwa bahasa Indonesia berpotensi menjadi bahasa internasional, setidaknya di Asia
(Doyin, 2006).
Kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa
bahasa Indonesia di mata negara lain memiliki potensi untuk berkembang. Oleh karena
itu, kebanggaan terhadap bahasa Indonesia harus kita pupuk sedini mungkin, sehingga ke depannya
kita dapat berharap bahasa Indonesia
menjadi bahasa yang mendunia.
BAB III
PENUTUP
Berbicara merupakan salah satu alat komunikasi yang
paling efektif. Hal ini mendorong orang untuk belajar berbicara
dan membuktikan bahwa berbicara akan lebih efektif dibandingkan
dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain. Maka bagi pelajar
(siswa) bicara juga berfungsi untuk mencapai tujuannya.
Berdasarkan hasil dari observasi yang telah saya
lakukan, keterampilan berbicara bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 2 Demak belum
menguasai dan masih menggunakan bahasa daerah masing-masing, sehingga
diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa
Indonesia baik guru maupun siswa.
Untuk mewujudkan keterampilan berbicara
bahasa Indonesia agar dapat diterapkan dalam percakapan sehari - hari, diperlukan
upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia di sekolah. Upaya itu dapat diterapkan dalam suatu
program-program, diantaranya sebagai berikut.
2.
Menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Modeling The Way.
Usaha untuk meningkatkan
keterampilan berbicara bahasa Indonesia
di sekolah akan ditemui hambatan yang datang dari
lingkungan sekolah itu sendiri,
antara lain :
·
Adanya pandangan guru bahwa berbicara bahasa Indonesia dalam
keseharian di sekolah itu tidak lazim.
Sebagai warga negara yang baik, mari kita
meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia kita, tidak hanya dalam
pembelajaran di sekolah, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Dari upaya-upaya pembiasaan berbicara bahasa Indonesia diatas, diharapkan penguasaan keterampilan berbicara bahasa
siswa semakin meningkat, sehingga siswa dapat
mempraktikkannya dengan baik dan benar. Apalagi kita
sebagai generasi penerus bangsa harus dapat mengembangkan dan melestarikan
bahasa Indonesia.
Tarigan, H.G. 1986. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Djago dkk. 1998. Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta: Depdikbud.
Mulyati, Yeti, dkk. 2011. Bahasa
Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.
http://muntijo.wordpress.com/2013/03/27/pengertian-berbahasa-indonesia-yang-baik-dan-benar/
(di unduh pada 20 Oktober 2015, pukul 21.50 WIB).
![]() |
|||
0 komentar:
Posting Komentar