a. Penelitian
ilmiah pada hakikatnya adalah pencerminan perwujudan metode ilmiah, Jujun Surtasumartri
(1986:21), artinya memecahkan masalah atas dasar berfikir rasional dan berfikir
empiris.
b. Penelitian
ilmiah, seperti yang dinyatakan oleh Kerlinger (1993) adalah penelitian yang
sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap proposisi hipotesis
tentang hubungan yang diperkirakan terdapat antar gejala alam.
c. Penelitian
merupakan penelaah yang terkendali, sebab terkandung dua hal, yakni (a) adanya
logika proses berfikir yang dinyatakan secara eksplisit dan (b) adanya
informasi yang dikumpulkan secara empiris dan sistematis. logika berfikir
dinyatakan eksplisit, nampak dalam prosesnya menempuh langkah-langkah yang
sistematis, Nana Sudjana (2009:3).
d. Penelitian
(research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu
permasalahan. Hasil penelitian tidak pernah dimaksudkan sebagai suatu pemecah
(solusi) langsung bagi permasalahan yang dihadapi karena penelitian merupakan
bagian saja dari usaha peecahan masalah yang lebih besar, Azwar (2009: 11).
e. Menurut
Sugiyono, Penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan tujuan dan kegunaan
tertentu.
f. Depdiknas RI : Kerjasama
ilmiah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka
memperoleh informasi/temuan/produk baru melalui metodologi yang berkaitan erat
dengan satu atau beberapa disiplin ilmu.
Dari
pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ilmiah
adalah pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan bahwa
pencarian dilaukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
Sifat Penelitian
a. Bersifat
kritis, analistis, artinya menunjukan adannya proses yang tepat untuk
megidentifikasi masalah dan menentukan untuk pemecaha masalah.
b. Bersifat
logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat
secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia.
c. Bersifat
obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuan lain dalam studi yang sama dengan
kondisi yang sama pula.
d. Bersifat
konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan
teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
e. Bersifat
empiris, artinya metode yang dipakai berdasarkan pada fakta di lapangan.
Merumuskan
masalah penelitian.
Masalah adalah kesenjangan (discrepancy)
antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apayang ada dalam kenyataan sekarang.
Kesenjangan tersebut dapat mengacu keilmupengetahuan dan teknologi, ekonomi,
politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Rumusan masalah suatu
pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Jenis-jenis
rumusan masalah menurut Sugiyono (2009: 35), sebagai berikut.
a. Rumusan
masalah deskriptif
Suatu rumusan masalah
yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baru
hanya pada satu variabel/ lebih (Variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian
ini penelitian tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain
dan mencari hub variabel dengan varibel yang lain.
b. Rumusan
masalah komparatif
Rumusan masalah
penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel/ lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda.
c. Rumusan
masalah Assosiatif
Rumusan masalah
penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih
terdapat tiga bentuk hubungan yaitu semetris, klausa, dan
interaktif/resiprocal/ timbal balik.
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara
sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan
menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa.
Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga
sebagai research problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan
suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam
kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu
dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Perumusan masalah memiliki fungsi yaitu
Fungsi pertama adalah sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi
diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian
itu menjadi ada dan dapat dilakukan. Fungsi kedua, adalah sebagai pedoman,
penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak
berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai
di lapangan. Fungsi ketiga dari perumusan masalah, adalah sebagai penentu jenis
data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data
apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data
mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena
melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang relevan dan
data yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya. Sedangkan fungsi keempat dari
suatu perumusan masalah adalah dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka
para peneliti menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan
menjadi populasi dan sampel penelitian.
0 komentar:
Posting Komentar