Kamis, 14 Januari 2016

ARTIKEL KONSEPTUAL PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERITA PENDEK MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERITA PENDEK MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS

oleh:Ahmad badrudin

Abstraksi:
Meningkatkan keterampilan menyusun teks cerita pendek atau cerpen dalam proses pembelajaran untuk siswa mungkin sudah sangat akrab pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Akan tetapi, dengan pemanfaatan media audio visual mungkin sebagai hal yang baru dan menarik untuk mencapai kesuksesan proses pembelajaran itu. Penggunaan media ini ditujukan untuk mempermudah siswa dalam memahami cerita pendek agar siswa mampu memahami cerpen secara mendalam. Dalam artikel ini, yang menjadi dasar dalam pengembangannya adalah Mengetahui konsep dasar, penerapan pengajaran, serta efektivitas penggunaan media audio visual dalam menyusun teks cerita pendek pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas. Dengan media audio visual diharapakan bermanfaat bagi guru, baik sebagai alat bantu serta masukan dan pertimbangan dalam memilih media alternatif sebagai upaya mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek pada siswa kelas XI. Selain itu juga bermanfaat untuk siswa agar terampil dalam menyusun teks cerita pendek dalam proses pembelajaran.selain itu, dengan menayangkan media audio visual yang menarik dan mengandung nilai-nilai kehidupan, diharapkan mampu bermanfaat untuk pembelajaran dan kehidupan sehari-hari siswa.
Kata kunci : menulis, cerpen, media, audio, visual.

1.      PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sering kita jumpai pembelajaran yang kurang variatif dan cenderung monoton, sehingga membuat antusiasme peserta didik menjadi kurang. Dalam proses pembelajaran perlu adanya inovasi, salah satunya dalam bidang media pembelajarannya. Karena dengan media yang menarik tentu peserta didik akan lebih antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Pembelajaran yang dilakukan secara konvensional atau pendidik ketika dikelas hanya berceramah dan peserta didik hanya duduk mendengarkan apa yang disampaikan pendidik itu sudah kuno, untuk mengantisipasi hal tersebut maka kami menawarkan media audio visual sebagai media pengantar pembelajaran menulis cerpen.
Kita dapat memperoleh berbagai manfaat dari sebuah inovasi yang kita lakukan, beberapa diantaranya adalah kita dapat memperluas khasanah keilmuan, karena dengan adanya hal tersebut tentu kita akan membaca berbagai referensi untuk menambah wawasan agar dalam pengambangan bentuk dan vaiasi media menjadi lebih konpleks. Selain itu, kita juga dapat menyajikan media yang menarik, serta bermanfaat bagi keberlangsungan pembelajaran dan kelanjutannya bagi keterampilan siswa.
1.2  Rumusan Masalah  
1.      Mengapa memilih media audio visual sebagai media untuk pembelajaran menyusun cerita pendek?
2.      Bagaimana penerapan pengajaran menyusun teks cerita pendek dengan media audio visual pada siswa kelas XI?
3.      Bagaimana keefektifan pengajaran menyusun teks cerita pendek dengan media audio visual pada siswa kelas XI?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui konsep dasar pengajaran menyusun teks cerita pendek menggunakan media audio visual.
2.      Mengetahui penerapan pengajaran menyusun teks cerita pendek dengan media audio visual untuk menulis cerita pendek pada siswa kelas XI.
3.      Mengetahui keefektifan pengajaran menyusun teks cerita pendek dengan media audio visual pada siswa kelas XI.
1.4  Manfaat
Media audio visual diharapakan bermanfaat bagi guru, sebagai alat bantu serta masukan dan pertimbangan dalam memilih media alternatif sebagai upaya mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek pada siswa kelas XI. Selain itu juga bermanfaat untuk siswa agar terampil dalam menyusun teks cerita pendek dalam proses pembelajaran.

2. Konsep Dasar Media Audio Visual dan Teks Cerpen
Menulis bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Artikel, esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik, dan cerita adalah contoh bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab dengan kehidupan kita.
Menurut Tarigan (2008:4), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. (Tarigan 2008: 23) Dalam memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Menulis adalah menurunkan atau menjelaskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambing-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dalam gambaran grafik itu. (Tarigan 2008:22).
Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampaian pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembacaan sebagai penerima pesan.
Sebagai suatu ketetampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulisan dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam informasi rsgsm bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya. Di balik kerumitannya, menulis mengandung banyak manfaat bagi pengembangan mental, intelektual, dan sosial seseorang. Menullis dapat meningkatkan kecerdasan, mengembangkan daya insiatif dan kretaivitas, meumbuhkan keberanian, serta merangsang kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Beberapa pendekatan yang kerap muncul dalam pembeajaran menulis, pertama, pendekatan frekuensi menyatakan bahwa banyaknya latihan mengarang sekalipun tidak dikoreksi (seperti buku harian atau surat), akan membantu meningkatkan menulis seseorang. Kedua, pendekatan gramatikal berpendapat bahwa pengetahuan orang mengenai struktur bahasa akan mempercepat kemahiran orang dalam menulis. Ketiga, pendekatan koreksi bahwa seseorang menjadi penulis karena dia menerima banyak koreksi atau masukan yang diperoleh atas tulisannya. Keempat, pendekatan formal mengungkapkan bahwa keterampilan menulis akan diperoleh bila pengetahuan bahasa, pengaleniaan, pewancaraan, serta konvensi atau aturan penulisan dikuasi dengan baik.
Menurut  Sayuti  (2009:13),  cerpen  adalah  cerita  pendek  yang  habis dibaca  sekali  duduk,  panjang  cerpen  berkisar  antara 1000-1500  kata, yang dimaksud dengan dibaca sekali duduk adalah tidak memerlukan waktu yang lama dalam membacanya.
Cerita pendek, atau yang lebih populer dengan akronim cerpen, merupakan salah satu jenis fiksi yang paling banyak ditulis orang. Hampir setiap media massa yang terbit di indonesia menyajikan cerpen setiap minggu. Majalah-majalah hampir selalu memuat satu atau dua cerpen. Seolah-olah tanpa memuat cerpen, isi majalah itu tidak lengkap. Bahkan, pemancar-pemancar radio siaran juga mempunyai rubrik cerpen yang diasuh secara berkala. Seolah-olah cerpen telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Cerpen mempunyai pembaca dan pendengar yang disiarkan melalui radio. Bukan tidak mungkin ada penggemar berat cerpen. Ini terbukti dengan adanya penerbit yang sengaja menerbitkan kumpulan cerpen berbentuk majalah secara berkala dan mampu terbit terus-menerus.
Sesuai dengan teori ekonomi, jika ada konsumen tentulah ada produsen. Dengan kata lain, menulis cerpen merupakan lahan pekerjaan produktif dan memiliki prospek masa depan yang cerah. Persaingan di antara sesama penulis cerpen untuk berebut tempat melalui media cetak yang berbobot makin kentara, karena semakin tinggi dan berbobot suatu media massa yang memerlukan cerpen, semakin tinggi pula bayaran untuk penulis cerpen. Dengan demikian, penerbit pun bersaing dalam memilih cerpen yang bagus dari penulis-penulis yang handal. Semakin mahal bayaran cerpen yang disediakan penerbit, biasanya semakin dapat diandalkan mutu cerpen yang dimuatnya secara berkala itu.
Pengertian cerpen atau cerita pendek adalah sebuah karangan yang menceritakan tentang suatu alur cerita yang memiliki tokoh cerita dan situasi cerita terbatas. Sebuah cerpen biasanya akan langsung mengarah ke topik utama cerita karena memang alur ceritanya cuma sekali dan langsung tamat.
Cerpen dapat terbentuk karena adanya unsur-unsur intrinsik cerpen, unsur intrinsik tersebut antara lain adalah tema yakni ide pokok menjadi dasar pengembangan cerita pendek.
Tema satu cerita menceritakan segala masalah, baik itu berbentuk problem kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan seterusnya. Untuk tahu tema satu cerita, dibutuhkan apresiasi menyeluruh pada beragam unsur karangan itu. Mungkin temanya itu dititipkan pada unsur penokohan, alur, maupun pada latar, plot atau alur, yakni rangkaian momen yang direka serta dijalin dengan seksama hingga menggerakkan jalur cerita melewati perjumpaan klimaks serta penyelesaian. Penokohan serta perwatakan yakni cerita pengarang menggambarkan serta mengembangkan watak beberapa pelaku yang ada didalam karyanya. Seting atau latar yakni area serta waktu berlangsungnya cerita. Latar ini bermanfaat untuk memperkuat tema, menuntun watak tokoh, serta membangun situasi cerita. Latar terdiri atas latar area, waktu serta sosial.
Selain itu, sudut pandang dan amanat. Sudut pandang yakni posisi pengarang saat membawakan cerita tersebut. Amanat yakni pesan yang ingin disampaikan pengarang melewati karyanya pada pembaca atau pendengar. Pesan dapat berbentuk harapan, anjuran, kritik dan seterusnya.
Adapun di dalam menuliskan sebuah cerpen ada beberapa teknik yang dapat diterapkan yakni paragraf pertama yang mengesankan. Paragraf pertama adalah kunci pembuka. Cerita pendek adalah karangan pendek, paragraph pertama bisa segera masuk pada pokok masalah, serta bukannya melantur pada perihal yang klise terlebih apabila lantas terkesan menggurui. Perihal tersebut pastinya cuma menyebabkan kebosanan serta rasa apatis untuk pembacanya.
Selain itu, teknik yang lain adalah  menggali suasana. Melukiskan satu latar terkadang membutuhkan detil yang agak apik serta kreatif. Penggambaran situasi yang biasa-biasa serta telah dikenal umum tak lagi menarik untuk pembaca. Bila akan melukiskan situasi kota jakarta dengan gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan jalan raya, serta keramain kotanya, penggambaran itu tidaklah menarik dikarenakan penggambaran tersebut bukan hanya adalah perihal yang baru. Walau demikian, apabila melukiskan situasi kota jakarta kaitkannya pada situasi hati tokoh ceritanya penggambaran itu lebih menyentuh pembacanya.
Teknik lainnya adalah menggunakan kata-kata efektif. Kata-kata efisien yaitu kata-kata yang segera berikan kesan pada pembacanya. Gunakan kata-kata efisien, pembaca diinginkan bisa lebih mudah menangkap maksud dari tiap-tiap sisi cerita sampai tamat. Tak hanya menggunakan kata-kata efisien pengarang juga dituntut untuk mempunyai kekayaan kosakata serta style bhs supaya cerita yang dibuatnya bisa mengalir dengan lancer serta tidak kering dan menjemukan.
Selain itu juga harus menggerakkan tokoh (ciri-ciri). Di dalam cerita senantiasa ada tokoh. Tokoh-tokoh yang ada selalu bergerak dengan fisik atau psikis sampai terlukis kehidupan yang sama juga dengan kehidupan sehari-hari. Ada juga konsentrasi cerita yaitu di dalam cerita pendek, semua wujud mesti fokus pada satu masalah pokok. Teknik terakhir adalah cerita mesti diakhiri jika masalah telah dikira selesai. Kecenderungan cerita-cerita mutakhir yaitu sentakan akhir yang membuat pembaca antusias serta penasaran. Yang jelasteks cerita pendek telah berakhir sebagaimana dikehendaki pengarangnya.
Media merupakan salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunitas menurut Daryanton (dalam Criticos, 1996). Kata media berasal dari bahasa Latin yang adalah bentuk jamak dari medium batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran.
Secara umum dapat dikatakan media mempunyai kegunaan antara lain, pertama, memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, Kedua, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera. Ketiga, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar. Keempat, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestiknya. Kelima, memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. Keenam, proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (kominikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatikan, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
4.      Penerapan Pengajaran Menyusun Teks Cerita Pendek Dengan Media Audio Visual Untuk Menulis Cerita Pendek Pada Siswa Kelas XI
Media audio visual akan menetukan bentuk aktivitas-aktivitas pembelajaran tertentu. Hal ini dikarenakan media audio visual dapat merangsang kreativitas serta keaktivan siswa dalam proses pembelajaran.
Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut. Pertama, kemammpuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kegiatan dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diualang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalya siaran TV atau Radio.

Media audio visual efektif jika diterapkan pada siswa di seluruh tingkatan umur dan tingkatan kelas. Untuk siswa yang masih usia SD dan SMP, konsep media audio visual harus relatif sederhanadan menarik, dan pelajaran tentang konsep tersebut tidak terlalu lama dan benar-benar dipandu oleh guru. Sedangkan pada siswa SMA utamanya kelas XI konsep dari media audio visual yang ditayangkan kompleks namun harus tetap menarik dan mengandung nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat untuk pembelajaran dan kehidupan sehari-hari.

5.      Keefektifan Pengajaran Menyusun Teks Cerita Pendek Dengan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas XI
Pembelajaran berkaitan langsung dengan keberhasilan pencapaian pengalaman belajar. Pembelajaran efektif menguatkan praktik dalam tindakan. Pembelajaran efektif mengintegrasikan komponen-komponen.
Keefektifan media audio visual yang dilakukan dalam pembelajaran menyusun cerita pendek cukup efektif. Melalui media ini siswa mampu menganalisis, menyimpulkan, dan menemukan konsep, dan termotivasi dalam belajar agar proses pembelajaran berjalan dengan sukses. Keefektifan media audio visual terlihat dari hasil belajar siswa dalam menyusun teks cerita pendek atau cerpen.
Dengan menampilkan media audio visual dalam proses pembelajaran, siswa diberi kepercayaan menganalisis konsep-konsep yang mereka terima dan mengeksplorasi informasi dari konsep-konsep yang terdapat dalam media tersebut. Siswa mungkin akan mampu mengambil contoh yang baik dan menarik dalam menyusun teks cerita pendek.

6. PENUTUP
6.1 Simpulan
Media audio visual efektif jika diterapkan pada siswa di seluruh tingkatan umur dan tingkatan kelas. Untuk siswa yang masih usia SD dan SMP, konsep media audio visual harus relatif sederhanadan menarik, dan pelajaran tentang konsep tersebut tidak terlalu lama dan benar-benar dipandu oleh guru. Sedangkan pada siswa SMA utamanya kelas XI konsep dari media audio visual yang ditayangkan kompleks namun harus tetap menarik dan mengandung nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat untuk pembelajaran dan kehidupan sehari-hari.

6.2 Saran
Berdasarkan  pada  simpulan tersebut, guru bahasa  dan  sastra  Indonesia sebaiknya menggunakan media audio visual dalam mengajarkan materi menyusun teks cerita pendek. Pencapaian pada pembelajaran menyusun teks cerita pendek dengan media audio visual dapat mendorong  siswa  aktif  berpikir  dan menumbuhkan  minat  serta  ketertarikan  siswa dalam  proses  pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Penerapannya Sangat Penting dam mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

0 komentar: