PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERITA PENDEK
MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS
oleh:Ahmad
badrudin
Abstraksi:
Meningkatkan keterampilan
menyusun teks cerita pendek atau cerpen dalam proses pembelajaran untuk siswa mungkin
sudah sangat akrab pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Akan tetapi,
dengan pemanfaatan media audio visual mungkin sebagai hal yang baru dan
menarik untuk mencapai kesuksesan proses pembelajaran itu. Penggunaan media ini
ditujukan untuk mempermudah siswa dalam memahami cerita pendek agar siswa mampu
memahami cerpen secara mendalam. Dalam
artikel ini, yang menjadi dasar dalam pengembangannya adalah Mengetahui konsep dasar,
penerapan pengajaran, serta efektivitas penggunaan media audio
visual dalam menyusun teks cerita pendek pada siswa kelas XI Sekolah Menengah
Atas. Dengan media audio
visual
diharapakan bermanfaat bagi guru, baik
sebagai alat bantu serta masukan dan pertimbangan dalam memilih media
alternatif sebagai upaya mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menyusun
teks cerita pendek
pada siswa kelas XI.
Selain itu juga bermanfaat untuk siswa agar terampil dalam
menyusun teks cerita pendek dalam proses pembelajaran.selain itu, dengan
menayangkan media audio visual yang menarik dan mengandung nilai-nilai
kehidupan, diharapkan mampu bermanfaat untuk pembelajaran dan kehidupan
sehari-hari siswa.
Kata kunci :
menulis, cerpen, media, audio, visual.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sering kita
jumpai pembelajaran yang kurang variatif dan cenderung monoton, sehingga
membuat antusiasme peserta didik menjadi kurang. Dalam proses pembelajaran
perlu adanya inovasi, salah satunya dalam bidang media pembelajarannya. Karena
dengan media yang menarik tentu peserta didik akan lebih antusias dalam
mengikuti proses belajar mengajar.
Pembelajaran
yang dilakukan secara konvensional atau pendidik ketika dikelas hanya
berceramah dan peserta didik hanya duduk mendengarkan apa yang disampaikan
pendidik itu sudah kuno, untuk mengantisipasi hal tersebut maka kami menawarkan
media audio visual sebagai media pengantar pembelajaran menulis cerpen.
Kita dapat
memperoleh berbagai manfaat dari sebuah inovasi yang kita lakukan, beberapa
diantaranya adalah kita dapat memperluas khasanah keilmuan, karena dengan
adanya hal tersebut tentu kita akan membaca berbagai referensi untuk menambah
wawasan agar dalam pengambangan bentuk dan vaiasi media menjadi lebih konpleks.
Selain itu, kita juga dapat menyajikan media yang menarik, serta bermanfaat bagi
keberlangsungan pembelajaran dan kelanjutannya bagi keterampilan
siswa.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Mengapa
memilih media audio visual sebagai media untuk pembelajaran
menyusun
cerita pendek?
2. Bagaimana
penerapan pengajaran
menyusun teks cerita pendek dengan media audio visual
pada siswa kelas XI?
3. Bagaimana
keefektifan pengajaran
menyusun teks cerita pendek dengan media audio visual
pada siswa kelas XI?
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui
konsep dasar pengajaran menyusun
teks cerita pendek menggunakan media audio visual.
2.
Mengetahui
penerapan pengajaran
menyusun teks cerita pendek dengan media audio visual
untuk menulis cerita pendek pada siswa kelas XI.
3.
Mengetahui
keefektifan pengajaran
menyusun teks cerita pendek dengan media audio visual
pada siswa kelas XI.
1.4 Manfaat
Media audio visual
diharapakan bermanfaat bagi guru, sebagai alat bantu serta masukan
dan pertimbangan dalam memilih media alternatif sebagai upaya mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek pada siswa
kelas XI.
Selain itu juga
bermanfaat untuk siswa agar terampil dalam menyusun teks cerita pendek dalam
proses pembelajaran.
2. Konsep Dasar Media Audio Visual dan Teks Cerpen
Menulis bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Artikel,
esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik, dan cerita adalah contoh
bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab dengan kehidupan kita.
Menurut Tarigan
(2008:4), menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan kegiatan
yang produktif dan ekspresif. (Tarigan 2008: 23) Dalam memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan
kosakata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus
melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Menulis adalah menurunkan atau
menjelaskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambing-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dalam gambaran grafik itu. (Tarigan
2008:22).
Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian
pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur
penulis sebagai penyampaian pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media
tulisan, dan pembacaan sebagai penerima pesan.
Sebagai suatu ketetampilan berbahasa, menulis merupakan
kegiatan yang kompleks karena penulisan dituntut untuk dapat menyusun dan
mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam informasi rsgsm
bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya. Di balik kerumitannya, menulis
mengandung banyak manfaat bagi pengembangan mental, intelektual, dan sosial
seseorang. Menullis dapat meningkatkan kecerdasan, mengembangkan daya insiatif
dan kretaivitas, meumbuhkan keberanian, serta merangsang kemauan dan kemampuan
mengumpulkan informasi.
Beberapa pendekatan yang kerap muncul dalam pembeajaran
menulis, pertama, pendekatan frekuensi
menyatakan bahwa banyaknya latihan mengarang sekalipun tidak dikoreksi (seperti
buku harian atau surat), akan membantu meningkatkan menulis seseorang. Kedua, pendekatan gramatikal berpendapat bahwa
pengetahuan orang mengenai struktur bahasa akan mempercepat kemahiran orang
dalam menulis. Ketiga, pendekatan koreksi
bahwa seseorang menjadi penulis karena dia menerima banyak koreksi atau masukan
yang diperoleh atas tulisannya. Keempat, pendekatan formal mengungkapkan bahwa
keterampilan menulis akan diperoleh bila pengetahuan bahasa, pengaleniaan,
pewancaraan, serta konvensi atau aturan penulisan dikuasi dengan baik.
Menurut Sayuti
(2009:13), cerpen adalah
cerita pendek yang
habis dibaca sekali duduk,
panjang cerpen berkisar
antara 1000-1500 kata, yang
dimaksud dengan dibaca sekali duduk adalah tidak memerlukan waktu yang lama
dalam membacanya.
Cerita pendek, atau yang lebih populer dengan
akronim cerpen, merupakan salah satu jenis fiksi yang paling banyak ditulis
orang. Hampir setiap media massa yang terbit di indonesia menyajikan cerpen
setiap minggu. Majalah-majalah hampir selalu memuat satu atau dua cerpen.
Seolah-olah tanpa memuat cerpen, isi majalah itu tidak lengkap. Bahkan,
pemancar-pemancar radio siaran juga mempunyai rubrik cerpen yang diasuh secara
berkala. Seolah-olah cerpen telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Cerpen mempunyai pembaca dan pendengar yang disiarkan melalui radio. Bukan
tidak mungkin ada penggemar berat cerpen. Ini terbukti dengan adanya penerbit
yang sengaja menerbitkan kumpulan cerpen berbentuk majalah secara berkala dan
mampu terbit terus-menerus.
Sesuai dengan teori ekonomi, jika ada konsumen
tentulah ada produsen. Dengan kata lain, menulis cerpen merupakan lahan
pekerjaan produktif dan memiliki prospek masa depan yang cerah. Persaingan di
antara sesama penulis cerpen untuk berebut tempat melalui media cetak yang
berbobot makin kentara, karena semakin tinggi dan berbobot suatu media massa
yang memerlukan cerpen, semakin tinggi pula bayaran untuk penulis cerpen.
Dengan demikian, penerbit pun bersaing dalam memilih cerpen yang bagus dari
penulis-penulis yang handal. Semakin mahal bayaran cerpen yang disediakan
penerbit, biasanya semakin dapat diandalkan mutu cerpen yang dimuatnya secara
berkala itu.
Pengertian cerpen atau cerita pendek adalah sebuah karangan yang menceritakan tentang suatu
alur cerita yang memiliki tokoh cerita dan situasi cerita terbatas. Sebuah
cerpen biasanya akan langsung mengarah ke topik utama cerita karena memang alur
ceritanya cuma sekali dan langsung tamat.
Cerpen dapat
terbentuk karena adanya unsur-unsur intrinsik cerpen, unsur intrinsik tersebut
antara lain adalah tema yakni ide pokok menjadi dasar pengembangan
cerita pendek.
Tema satu cerita menceritakan segala
masalah, baik itu berbentuk problem kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan seterusnya. Untuk tahu tema satu cerita, dibutuhkan apresiasi menyeluruh
pada beragam unsur karangan itu. Mungkin temanya itu
dititipkan pada unsur penokohan, alur, maupun pada latar,
plot atau alur, yakni rangkaian momen yang direka serta dijalin
dengan seksama hingga menggerakkan jalur cerita melewati perjumpaan klimaks
serta penyelesaian. Penokohan serta perwatakan yakni cerita pengarang
menggambarkan serta mengembangkan watak beberapa pelaku yang ada didalam
karyanya. Seting atau latar yakni area serta waktu berlangsungnya cerita. Latar
ini bermanfaat untuk memperkuat tema, menuntun watak tokoh, serta membangun
situasi cerita. Latar terdiri atas latar area, waktu serta sosial.
Selain itu, sudut pandang dan
amanat. Sudut pandang yakni posisi pengarang saat membawakan cerita tersebut.
Amanat yakni pesan yang ingin disampaikan
pengarang melewati karyanya pada pembaca atau pendengar. Pesan dapat berbentuk harapan, anjuran, kritik dan
seterusnya.
Adapun di dalam menuliskan sebuah
cerpen ada beberapa teknik yang dapat diterapkan yakni paragraf pertama yang
mengesankan. Paragraf pertama adalah kunci pembuka. Cerita pendek adalah
karangan pendek, paragraph pertama bisa segera masuk
pada pokok masalah, serta bukannya melantur pada perihal yang klise terlebih
apabila lantas terkesan menggurui. Perihal tersebut pastinya
cuma menyebabkan kebosanan serta rasa apatis untuk
pembacanya.
Selain itu, teknik yang lain
adalah menggali suasana. Melukiskan satu
latar terkadang membutuhkan detil yang agak apik serta kreatif. Penggambaran
situasi yang biasa-biasa serta telah dikenal umum tak lagi menarik untuk
pembaca. Bila akan melukiskan situasi kota
jakarta dengan gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan jalan raya, serta
keramain kotanya, penggambaran itu tidaklah menarik dikarenakan penggambaran
tersebut bukan hanya adalah perihal yang baru.
Walau demikian, apabila melukiskan situasi kota jakarta kaitkannya pada situasi
hati tokoh ceritanya penggambaran itu lebih menyentuh pembacanya.
Teknik lainnya adalah
menggunakan kata-kata efektif. Kata-kata efisien yaitu kata-kata yang
segera berikan kesan pada pembacanya. Gunakan kata-kata efisien, pembaca
diinginkan bisa lebih mudah menangkap maksud dari tiap-tiap sisi cerita sampai
tamat. Tak hanya menggunakan kata-kata efisien pengarang juga dituntut untuk
mempunyai kekayaan kosakata serta style bhs supaya cerita yang dibuatnya bisa
mengalir dengan lancer serta tidak kering dan menjemukan.
Selain itu juga harus
menggerakkan tokoh (ciri-ciri). Di dalam cerita senantiasa ada tokoh.
Tokoh-tokoh yang ada selalu bergerak dengan fisik atau psikis sampai terlukis
kehidupan yang sama juga dengan kehidupan
sehari-hari. Ada juga konsentrasi cerita yaitu di dalam cerita pendek, semua
wujud mesti fokus pada satu masalah pokok. Teknik terakhir adalah cerita mesti
diakhiri jika masalah telah dikira selesai. Kecenderungan
cerita-cerita mutakhir yaitu sentakan akhir yang membuat pembaca antusias serta
penasaran. Yang jelas, teks cerita pendek
telah berakhir sebagaimana dikehendaki pengarangnya.
Media merupakan salah satu komponen komunikasi yaitu
sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunitas menurut Daryanton
(dalam Criticos, 1996). Kata media berasal dari bahasa Latin yang adalah bentuk
jamak dari medium batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita
membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alat
dan bahan kegiatan pembelajaran.
Secara umum dapat dikatakan media mempunyai kegunaan
antara lain, pertama, memperjelas
pesan agar tidak terlalu verbalistis, Kedua,
mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera. Ketiga, menimbulkan gairah belajar,
interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar. Keempat, memungkinkan anak belajar
mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestiknya. Kelima, memberikan rangsangan yang sama,
mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. Keenam, proses pembelajaran mengandung
lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media
pembelajaran, siswa (kominikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
(bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatikan, minat, pikiran, dan
perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu
diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan.
4.
Penerapan
Pengajaran Menyusun Teks Cerita Pendek Dengan Media Audio Visual
Untuk Menulis Cerita Pendek Pada Siswa Kelas XI
Media audio visual
akan menetukan bentuk aktivitas-aktivitas pembelajaran tertentu. Hal ini dikarenakan media audio visual dapat merangsang
kreativitas serta keaktivan siswa dalam proses pembelajaran.
Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam
Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai
berikut. Pertama, kemammpuan fiksatif, artinya dapat menangkap,
menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan
ini, obyek atau kegiatan dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian
dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukan dan diamati kembali
seperti kejadian aslinya. Kedua,
kemampuan manipulatif, artinya media
dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan
(manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya,
warnanya, serta dapat pula diualang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif,
artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali
penyajian secara serempak, misalya siaran TV atau Radio.
Media audio visual efektif jika diterapkan pada
siswa di seluruh tingkatan umur dan tingkatan kelas. Untuk siswa yang masih usia SD dan SMP,
konsep media audio visual harus
relatif sederhanadan
menarik, dan pelajaran tentang konsep
tersebut tidak terlalu lama dan benar-benar dipandu oleh guru. Sedangkan pada siswa SMA utamanya kelas XI konsep dari
media audio visual yang ditayangkan kompleks namun harus tetap menarik dan
mengandung nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat untuk pembelajaran dan
kehidupan sehari-hari.
5. Keefektifan Pengajaran Menyusun Teks Cerita Pendek Dengan Media Audio Visual
Pada Siswa Kelas XI
Pembelajaran
berkaitan langsung dengan keberhasilan pencapaian pengalaman belajar. Pembelajaran
efektif menguatkan praktik dalam tindakan. Pembelajaran efektif
mengintegrasikan komponen-komponen.
Keefektifan media audio visual yang dilakukan
dalam pembelajaran menyusun cerita pendek cukup efektif. Melalui media ini siswa mampu menganalisis,
menyimpulkan, dan menemukan konsep, dan termotivasi dalam belajar agar proses pembelajaran berjalan dengan
sukses. Keefektifan media audio visual terlihat dari hasil
belajar siswa dalam menyusun
teks cerita pendek atau cerpen.
Dengan menampilkan media audio visual
dalam proses
pembelajaran, siswa diberi
kepercayaan menganalisis konsep-konsep yang mereka terima dan mengeksplorasi
informasi dari konsep-konsep yang terdapat dalam media tersebut. Siswa
mungkin akan mampu mengambil
contoh yang baik dan menarik dalam menyusun teks cerita pendek.
6. PENUTUP
6.1 Simpulan
Media audio visual efektif jika diterapkan pada
siswa di seluruh tingkatan umur dan tingkatan kelas. Untuk siswa yang masih usia SD dan SMP,
konsep media audio visual harus
relatif sederhanadan
menarik, dan pelajaran tentang konsep
tersebut tidak terlalu lama dan benar-benar dipandu oleh guru. Sedangkan pada siswa SMA utamanya kelas XI konsep dari
media audio visual yang ditayangkan kompleks namun harus tetap menarik dan
mengandung nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat untuk pembelajaran dan
kehidupan sehari-hari.
6.2 Saran
Berdasarkan pada
simpulan tersebut, guru bahasa
dan sastra Indonesia sebaiknya menggunakan media
audio visual dalam mengajarkan materi menyusun teks cerita pendek. Pencapaian pada
pembelajaran menyusun teks cerita pendek dengan media audio visual dapat
mendorong siswa aktif
berpikir dan menumbuhkan minat
serta ketertarikan siswa dalam
proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto.
2010. Media Pembelajaran Penerapannya
Sangat Penting dam mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Sayuti, Suminto A.
2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta:
Gama Media.
Tarigan, Henry Guntur.
2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
0 komentar:
Posting Komentar