Senin, 11 April 2016

ANALISIS NOVEL BELENGGU BERDASARKAN PENDEKATAN SOSIOPSIKOLOGIS


ANALISIS NOVEL BELENGGU
BERDASARKAN PENDEKATAN SOSIOPSIKOLOGIS




BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Cipta sastra merupakan kreasi manusia yang terlibat dalam kehidupan serta mampu menampilkan tanggapan evaluatif terhadapnya. Sapardi Djokodarmono mengutip pendapat Grebstein, bahwa karya sastra tidak dapat dipahami selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan atau kebudayaan. Pendekatan sosiopsikologis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat, maupun tangapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya atau zamannya pada saat cipta sastra itu diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini memang sering tumpang tindih dengan pendekatan historis. Akan tetapi, selama masalah yang akan dibahas untuk setiap pendekatan ini dibatasi dengan jelas, maka ketumpang tindihan itu dapat dihindari.
Novel Belenggu ditulis oleh Arminjn Pane dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1940. Melalui apresiasi dengan pendekatan sosiopsikologi, kita dapat mengetahui tetang kehidupan sosial masyarakat, sosial budaya, dan sikap pengarang pada saat itu yaitu padatahun 1940-an. Kehidupan sosial masyarakat dari wektu ke waktu selalu menarik utuk dikaji. Hal ini memberikan gambaran dan pengetahuan tentang apa yang terjadi pada masyarakat tersebut khususnya tentang kehidupan sosial budaya.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sinopsis novel Belenggu?
2.      Bagaimana kehidupan sosial budaya yang dikisahkan dalam novel Belenggu?
3.      Bagaimana kehidupan masyarakat pada saat novel tersebut diciptakan?
4.      Bagaimana tanggapan pengarang tentang kehidupan masyarakat pada saat itu?



BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Sinopsis Novel Belenggu
Kartono (Tino) dan Sukartini (Tini) adalah pasangan suami istri yang sudah cukup lama membina biduk rumah tangga. Tono adalah seorang dokter yang sudah tentu saja dibutuhkan oleh banyak orang, terutama mereka yang sedang diserang penyakit. Sebagai dokter, Tono dicap dokter tauladan. Dia mengobati pasien tanpa pandang siapa pasiennya dan kapan waktunya. Dia juga tidak mementingkan masalah bayaran.
Tini dulu adalah istri yang sedia mendampingi Tono. Namun kejenuhan itu hinggap dalam sanubari Tini. Menerima telepon dari pasien dan mencatatnya adalah rutinitas yang mengenyangkan baginya. Kini ia mencoba menghibur diri. Ia sering keluar malam tanpa izin dan tanpa didampingi suaminya. Hal tersebut mendapat kecaman dari orang terdekat Tini yang tentu menganggap hal tersebut adalah tidak benar. Namun Tini ingin merdeka. Dia sudah lelah menjadi seorang istri yang hanya duduk dia di rumah. Perilaku Tini tersebut bukan tanpa akibat yang ringan. Kurangnya frekuensi pertemuan antara ia dan suaminya membuat kisah rumah tangga itu menggantung. Rumah tangga mereka tidak baik-baik saja. Mereka, walaupun berada dalam satu atap pada waktu yang bersamaan, tidak pernah saling bercakap. Sebagai seorang suami, Tono merasa tidak diperhatikan lagi.
Rohayah (Yah) adalah sahabat Tono pada waktu mereka masih tinggal bersama di Bandung. Mereka terpisah. Tono menempuh jalan manisnya menjadi seorang dokter. Sedangkan Yah, dipaksa menikah dengan orang yang sama sekali tidak ia cintai. Yah dibawa suaminya ke Palembang. Kemudian ia berhasil melarikan diri dan kembali ke Bandung. Namun keluarganya sudah tiada. Akhirnya ia hidup terkatung-katung dan kemudian menjadi wanita tuna susila. Kejadian tersebut lah yang menunda keterpaduan cinta mereka yang tumbuh sejak dulu.
Tono bertemu dengan Yah yang menyamar sebagai Nyonya Eni. Pertemuan tersebut bukan tanpa sengaja melainkan sudah direncanakan oleh Yah. Akhirnya, Tono pun mengetahui topeng yang Yah gunakan. Yah amat mengasihi Tono. Tono pun merasakan kedamaian yang tidak ia dapatkan di rumah bersama istri sahnya. Ia sering bertandang ke rumah Yah, tentu tanpa sepengetahuan siapapun kecuali supir yang mengantarkan Tono. Tono mendapatkan apa yang ia idam-idamkan sebagai seorang lelaki bersama Yah. Mereka menjalin cinta yang tertunda. Mereka membangun kasih dalam jalan yang salah.
Kebersamaan Tono dan Yah tercium juga oleh Tini. Tanpa sepengetahuan Tono, Tini melabrak perempuan yang telah mengganggu kehidupan rumah tangganya itu. Namun, setelah berdebat beberapa saat dengan Yah, Tini menjadi luluh hatinya. Kemudian ia menyerahkan Tono kepada Yah. Yah merasa tidak berhak atas diri Tono. Ia menolak untuk hidup bersama Tono. Keputusan Tini untuk meninggalkan Tono sudah bulat. Tini merasa bisa bernafas bebas keluar dari biduk rumah tangganya. Namun Yah juga demikian. Perasaannya mengatakan bahwa dia mencintai Tono, namun di sisi lain juga hatinya berkata bahwa ia harus meninggalkan Tono.
Dengan berat hati Tono melepas kepergian Tini. Ketika ia datang ke rumah Yah, ia tidak mendapati Yah di sana. Yah pergi meninggalkannya seperti apa yang telah dilakukan oleh Tini.

2.2 Latar Kehidupan Sosial Budaya

Belenggu mengisahkan secara kental cinta segitiga antar Tono, Tini, dan Yah. Namun dibalik cinta segitiga itu, terdapat kehidupan sosial budaya yang dipertentangkan. Pertentangan tersebut nampak pada tokoh Rusdio dan Tini.

“Memang, Ibu! Jalan pikiran kita berlainan. Aku berhak juga menyenangkan pikiranku, menggemburakan hatiku. Aku manusia juga yang berkemauan sendiri. Kalau menurut pendapat Ibu, kemauanku mesti tunduk kepada kemauan suamiku. Bukan, Ibu, bukankan d3emikian? Kami masing-masing berkemauan sendiri.” ( hal 53)

Tini yang ditinggal pergi Tono karena Tono sibuk mengurursi pasiennya siang dan malam merasa terabaikan sehingga ia mencari kesenangan sendiri. Menurut pendapatnya, tinadakan yang ia lakukan adalah bukan tindakan yang salah. Namun menurut pandangan kaum tua pada saat itu, tindakan tersebut tidak sehaunya dilakukan oleh seorang istri. Hal tersebut tidak menandakan sebagai seorang istri yang baik.
Tidak hanya tokoh Rusdio yang menentang apa yang Tini lakukan. Pada bagian lain, pertentangan itu juga disampaikan oleh anggota keluarga Tini yang lain.

Menginap di rumah paman....... ah, jangan, ada-ada saja omongannya. Selalu saja menyindir-nyindir dia, modern, gila-gialan barat. (hal 94-95)

Wanita pada masa itu, telah bebas dan berhak mengenyam pendidikan. Hal tersebut mungkin karena mereka dari kalangan atas. Tokoh-tokoh yang disampaikan Armijn dalam novel tersebut khususnya tokoh wanita, merupakan nyonya-nyonya yang memiliki derajat pendidikan yang tidak rendah. Acara bazar yang dilaksanakan di rumah sakit adalah hal yang mustahil jika dikelola oleh wanita-wanita yang kurang dalam mengenyam pendidikan. Tono dan Tini adalah cerminan keluarga berpendidikan namun gagal dalam membina keutuhan rumah tangga mereka.

“Ingat lagi nyonya, beberapa tahun yang lalu, nyonya masih sekolah, ingat lagi sopir yang membawa nyonya dan tuan studen Technische Hoogeschool?” (hal 132)

Persamaan hak antara kaum perempuan dan kaum lelaki pada masa itu bukanlah merupakan hal yang masih perlu dipertanyakan lagi. Mereka kaum perempuan, sudah bisa menjadi apa yang mereka mau. Namun, dalam kasus Tono dan Tini hal tersebut rupanya menjadi sebuah  masalah. Pokok dari permasalahan tersebut adalah karena kesibukan Tono sebagai seorang dokter sehingga ia mengacuhkan Tini. Hal tersebut membuat Tini merasa bahwa Tono menikahi Tini bukan karena cinta melainkan karena kepantasannya dijadikan seoarang istri dokter sebab Tini adalah seorang yang berpendidikan. Hal kebebasan wanita inilah yang kemudan menjadi pertentangan antara kaum muda dan kaum tua pada novel tersebut yang telah dijelaskan sebelumnya di atas.
Kehidupan sosial budaya yang dipaparkan dalam novel tersebut slah satunya adalah musik. Musik menjadi bagian yang cukup diperhitungkan. Karena musik juga menjadi salah satu sarana dalam cerita. Jenis musik yang menjadi sentral dalam masa itu adalah musik keroncong. Novel Belengggu juga memaparkan cerita tentang Yah yang sebenarnya adalah penyanyi keroncong idaman Tono, Siti Hayati. Banyak bagian dalam novel tersebut dari awal hingga akhir yang mendapat sentuhan tentang musik, yaitu musik keroncong.

Dia berdiri di hadapan radio. Diputarna knop penghubung ke kawat listrik, lampu menyala didalam, diputarnya knop untuk gelombang, diputarnya sampai 190, terdengar lagu keroncong baru lalu diperlahankannya. Dia pergi bersandar kepada mejatulisnya . suara terhenti. Kata ompurer: Sehabis ini akan diperdengarkan suara Siti Hayati dari piring hitam dengan lagu: Ingat Aku. (hal 57-58)

Terdengar kepada Tono lagu pembuka, bagai air meriakk, membuka simpulan dalam pikirnya, tiba-tiba terdengar suara. Dia tiba-tiba berdiri, mendengarkan dengan teliti.
“Suara Siti Hayati!” katanya dengan gembira. (hal 75)

Lagu dimulai. Sebentar kemudian Siti Hayati menyanyi Tono mengejapkan matanya. Suaranya agak lain dari radio, di plat gromofoon, percies suara Yah, suara Yah pada malam itu, dia menyanyi. Dibukanya matanya, Yah menyanyi dengan sepenuh hatinya:....... (hal 117)


2.3 Kehidupan Masyarakat
Pengarang memberikan sebuah gambaran kehidupan masyarakat yang mewah dalam novel tersebut. Hal ini tentu dapat menimbulkan kontradiksi mengingat pada masa novel tersebut tercipta Indonesia belum memasuki masa kemerdekaan. Wanita pada masa itu juga telah mempunyai kedudukan di mata masyarakat. Hal tersebut dicerminkan dengan para wanita yang mengengola kagiatan bazar yaitu seperti Rusdio, Sutatmo, Padma, dan Aminah. Kehidupan mereka bisa dibilang kehidupan yang glamour. Tentu saja hal tersebut hanya terdapat pada kalangan wanita yang memiliki pendidikan yang tinggi.
Seorang dokter yang memasyarakat seperti dokter Sukartono tentu sangat jarang ditemukan pada masa sekarang ini. Jika kita melihat dokter-dokter pada kehidupan masyarakat saat ini, tentu yang tergambar jelas adalah dokter-dokter yang hanya mementingkan materi saja. Banyak terdapat sebuah papan di halaman rumah para dokter yang bertuliskan kapan mereka buka praktik, yaitu pada pagi hari antara pukul sekian hingga pukul sekian dan malam antara pukul sekian hingga pukul sekian juga. Selain itu, maka dokter tidak melayani pasien. Bahkan dalam papan nama tesebut tidak dicantumkan nomor telepon yang bisa dihubungi dan juga biasanya tercantum hari minggu atau hari besar tutup. Bebeda dengan dokter Tono yang siap sedia kapan pun dia sempat. Ketika dia di rumah sakit, telepon dari pasien-pasien untuknya dia catat. Dia akan mengunjungi pasien tersebut tidak peduli waktu. Hal tersebutlah yang memicu keretakan rumah tangganya.
Kawin paksa juga menjadi sorotan pengarang dalam novel tersebut. Yah yang notabene berasal dari keluarga tidak mampu dijodohkan dengan seseorang oleh orang tuanya. Kawin paksa dalam kehidupan masyarakat zaman sekarang belum sepenuhnya memudar. Pada masa sekarang ini, kasus-kasus perjodohan masih sering terjadi pula. Sperti yang diungkapkan pada novel Dadaisme karangan Dewi Sartika juga menggambarkan kawin paksa. Novel tresebut diterbitkan pada tahun 2004 dan mengisahkan masa kini bukan masa lalu. Kehidupan tentang kawin paksa dalam masyarakat tidak pernah tidak menarik untuk juga diikutkan dalam jalannya sebuah peristiwa.
Kehidupan sosial yang mewah merupakan cerminan dari kehidupan masyarakat yang kebarat-baratan. Dalam cerita tersebut disampaikan bagaimana kehidupan orang-orang kelas atas yang condong kepada kehidupan barat. Surat yang dituliskan Tati kepada Tini adalah salah satu contoh bagaimana kehidupan barat telah berbaur dengan kehidupan masyarakat pribumi.

 “Yu, yu, sekarang aku suka menonton, kerap-kerap, suka benar berdansa...... aku takut Yu, berhadap-hadapan dengan jiwaku. Tiada seorang juga keluargaku yang setuju.” (hal 71).

Kalimat terakhir dalam paragraf tersebut memberikan asumsi bahwa menonton, berdansa, bukanlah sebuah hal yang lazim dalam norma kemasyarakatan saat itu. Keluarga terdiri atas orang yang dituakan menentang dengan apa yang dilakukan oleh Tati. Hal tersebut dapat dikarenakan karena orang tua memang masih memegang teguh nilai-nilai kemasyarakatan pribumi. Mereka menganggap hal yag kebarat-baratan merupakan sebuah hal yang tidak patas dilakukan.

2.4 Tanggapan Pengarang

Belenggu merupakan pikiran pengarang. Keadaan sosial budaya dan keadaan masyarakat merupakan  wujud pemikiran pengarang tentang kodisi sosial kemasyarakatan pada masa itu. Pengarang ingin mengungkapkan pikiran, ide, gagasan, maupun pendapatnya terhadap kehidupan lingkungannya melalui nove tersebut.
Belenggu adalah cerminan hati ketiga tokoh utama yaitu Tono, Tini, dan Yah. Tono adalah seorang yang mulai hidup dalam modernitas namun masih meragukan dirinya untuk maju jauh lebih melangkah ke depan. Mungkin begitu pula tanggapan jiwa Armijn dalam menghadapi kehidupan baru dan modern. Pengarang masih ragu dalam menginjakkan kakinya selangkah lebih di depan. Pengarang menampilkan tokoh-tokoh yang terbelenggu oleh keadaan sosial masyarakat selain terbelenggu oleh cinta. Beberapa sastrawan lain menganggap karya Armijn adalah sebuah karya yang realisme dan kebarat-baratan. Tokoh tersebut adalah sebagai berikut.

Kaum kolot tentu akan gempar oleh cemeti realisme yang dilecut-lecut dengan sangat oleh pengarang. Kaum muda, kaum baru, tentu akan bersorak membacanya, oleh keinsafan, keberanian pengarang memancarkan cahaya pada hal-hal yang tak patut dan tak layak. Memang, pena Saudara Armijn Pane di sini, terang amat “tidak kenal kasihan” terhadap hal-hal yang buruk, dan oleh karena itu nyatalah, bahwa pena saudara itu pena Pujangga sejati, yang hendak berjuang yang hendak menghindarkan hal-hal buruk untuk membangun semangat baik dan jernih dalam sanubari masyarakat Indonesia. (1992:10)
                                       M.R. Djaroh, “Pudjangga Baru”, Des, 1994

Satu kemenangan telah tentu: kesusastraan Indonesia dapat aliran baru, aliran dengan cara Armijn. Armijn identik zaman baru, zaman teknik, abad ke-20. (1992:9)
                                       Karir Halim, “Pudjangga Baru,” Des, 1994

Sikap Armijn yang demikian tersebut memberikan penafsiran bahwa Armijn ingin sedikit meninggalkan kehidupan yang bisa dibilang sedikit terbelakang. Pengarang menampilkan tokoh Tini yang menentang norma kemasyarakatan pada saat itu. Dalam kata-kata yang penulis tuliskan sebagai pendahuluan dari novel ini penulis mengungkapkan sebagai berikut.

Perahu tumpangan keyakinanku, berlayarlah engaku, jangan enggan menempuh angin ribut, taufan badai, ke tempat pelabuhan yang hendak engkau tuju. Berlayarlah engaku ke dunia baru. (hal 5)

Penulis rupanya memiliki pandangan yang realistis terhadap kehidupan. Berlayarlah engkau ke dunia baru merupakan sebuah ungkapan yang menunjukkan betapa penulis sangat antusias untuk mengikuti perkembangan zaman yang terjadi. Namun, tanggapan seseorang antara yang satu dengan yang lain tentang kehidupan yang baru tidaklah sama. Hal ini juga lah yang Armijn utarakan dalam pena Belenggunya.
Jika melirik cerita kawin paksa antara Yah dan suaminya, kita akan berasumsi bahwa pengarang tidak begitu sepakat dengan budaya kawin paksa tersebut. Armijn menganggap bahwa kawin paksa akan menimbulkan banyak kerugian dan penderitaan bagi sebagian pihak. Hal tersebut diilustrasikan dari tokoh Yah yang menderita akibat kawin paksa yang dilakukan oleh orang tuanya kepada dirinya. Ini juga merupakan salah satu gambaran bahwa penulis ingin melepaskan hal-hal lama yang telah mendarah daging di dalam masyarakat yang penulis anggap merugikan.


BAB III
SIMPULAN


Pendekatan sosiopsikologis dalam novel belenggu merumuskan tiga hal. Yang pertama adalah kehidupan sosial budaya. Kehidupan sosial budaya dalam novel belenggu adalah sebagai berikut.
1.      Pertentangan kehidupan sosial antara kaum muda dan kaum tua.
2.      Wanita sudah bisa mengenyam pendidikan tinggi.
3.      Budaya musik pada saat itu adalah musik keroncong.

Yang kedua yaitu kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat dalam novel Belenggu dapat dipaparkan sebagai berikut.
1.      Kehidupan masyarakat yang mewah yang merupakan pengaruh dari kehidupan masyarakat barat.
2.      Dokter pada masa itu dapat dikatakan memiliki budi yang lebih luhur daripada dokter pada masa sekarang.
3.      Kehidupan masyarakat dengan kawin paksa belum bisa terlepaskan satu sama lain.

Yang ketiga adalah tanggapan jiwa pengarang yaitu bahwa pengarang ingin melangkahkan kakinya ke dunia baru, dunia yang lebih modern. Namun, disamping semua itu, bahwa masyarakat masih belum bisa menerima kehidupan yang modern merupakan hal yang menimbulkan keraguan dalam diri pengarang untuk melangkahkan kakinya. Pengarang merupakan seorang yang realisme.

ANALISIS BERITA BERDASARKAN TUJUAN MENYIMAK





A N A L I S I S  B E R I T A
BERDASARAKAN TUJUAN MENYIMAK


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Menyimak merupakan suatu peristiwa penerimaan pesan, gagasan, atau pikiran seseorang. Pesan tersebut harus dipahami dengan jelas oleh penyimak sebagai bukti ia memahami pesan tersebut dan harus bereaksi memberi tanggapan atau respon. Jadi kegiatan menyimak adalah kegiatan yang disengaja, direncana untuk mencapai proses tujuan. Kegiatan menyimak juga merupakan kegiatan penginterpretasian makna dari informasi yang disimak yang diperoleh dari hasil menangkap bunyi-bunyi pesan dan kemampuan mengingat pesan tersebut. Terdapat enam aspek yang menjadi tujuan utama dalam menyimak. Enam aspek tersebut meliputi:
1.      mendapatkan fakta,
2.      menganalisis fakta,
3.      mengevaluasi fakta,
4.      mendapatkan inspirasi,
5.      mendapatkan hiburan,
6.      memperbaiki kemampuan berbicara
Sebagai seorang penyimak yang tanggap dan kritis terhadap apa yang disimak, maka keenam aspek dari tujuan menyimak itu tentu saling berhubungan. Penyimak yang kritis tentu saja tidak cepat puas hanya dengan mendapatkan fakta. Ia juga harus menganalisis fakta yang ia dapatkan untuk memperoleh keterang lebih rinci dan menemukan sesuatu yang baru dalam proses menyimaknya. Setelah itu menilai fakta tersebut hingga mendapatkan inspirasi dan membagaimana evaluasi peroleh hiburan. Sehingga ia memperolah manfaat dari proses mentimak berupa memperbaiki kemampuan berbicaranya berdasarkan apa yang telah ia simak.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah fakta yang didapatkan dari hasil menyimak berita tersebut?
2.      Bagaimana analisis terhadap fakta yang telah didapatkan?
3.      Bagaimana evaluasi tentang analisis berita tersebut?
4.      Inspirasi apakah yang bisa diperoleh dari proses menyimak?
5.      Hiburan apa yang bisa dipetik dari hasil menyimak?
6.      Bagaimana proses menyimak tersebut memperbaiki kemampuan berbicara?

C.     Tujuan
1.      Melatih keterampilan menyimak dengsn cara menganalisis berita berdasarkan tujuan menyimak.
2.      Menginterpretasi informasi hasil simakan.
3.      Mendapatkan sesuatu yang baru dari proses menyimak yang bermanfaat untuk kegiatan menyimak selanjutnya.



BAB II
PEMBAHASAN


A.     Mendapatkan  Fakta

Ribuan calon pembeli tiket leg kedua final piala AFF menunggu dari Minggu pagi hingga petang. Massa meneriaki  PSSI tidak becus mengurus penjualan tiket. Anteran massa  menimbulkan kericuhan di lokasi penjualan tiket. tapi para pengantre diberi sedikit kemudahan karena PSSI langsung menjual dalam bentuk tiket, tidak berupa voucher.

B.     Menganalisis Fakta

a.       Mendeskripsikan
Ribuan calon pembeli tiket leg kedua final Piala AFF bertahan di dalam Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, sejak Ahad (26/12) pagi hingga petang. Massa menunggu kepastian pembelian tiket dari panitia lokal atau PSSI. Massa meneriaki PSSI tidak becus mengurus penjualan tiket. Sejumlah pengantre bahkan mengejar panitia yang membawa tiket, dan menjarah tiket tersebut. Tiket diperebutkan di area stadion. Polisi yang berjaga tak mampu berbuat banyak. Antrean tiket Piala AFF terjadi sejak Sabtu malam. Sementara loket baru dibuka pada Ahad, sekitar pukul 11.00 WIB. Namun, meski sudah menginap, pengantre tetap kesulitan membeli tiket. Antrean yang semula tertib menjadi ricuh. Pengantre beramai-ramai menjebol pagar stadion.
Panitia berjanji akan menjual tiket kelas III leg kedua final Piala AFF yang rencananya digelar di Gelora Bung Karno, 29 Desember. Namun, tiket hanya dijual di luar stadion. Polisi mengimbau pengantre agar keluar stadion dan mengantre kembali. Tiket yang akan dijual hari ini merupakan tiket asli, buka voucher. Pengantre tidak perlu mengantre dua kali untuk menukar voucher dengan tiket, seperti sebelumnya. Penjualan tiket terakhir dilakukan, hari ini.(IKA).


b.      Memilah
Fakta tersebut dapat dipilah menjadi beberapa hal dalam sebuah kejadian yaitu tentang penjualan tiket leg kedua final Piala AFF yang berada di Gelora Bung Karno. Yang pertama yaitu antrean calon pembeli tiket yang sudah ada sejak sabtu malam, padalah loket baru dibukapada hari Minggu pukul 11.00 WIB. Antrean ini menimbulkan kericuhan. Kejadian yang kedua yaitu pada Minggu pagi hingga petang, para calon pembeli tiket menunggu kepastian dari PSSI. Kejadian yang ketiga yaitu para pembeli tiket yang diberi kemudahan oleh PSSI dalam pembelian tiket. Mereka tidak perlu mengantre dua kali karena pada pertandingan sebelumnya para pembeli tiket harus mengantre voucher lalu ditukarkan.
c.       Membedakan
Dari berita tersebut dapat dibedakan bahwa kejadian tersebut terdiri atas kejadian yang merepotkan, mengecewakan, dan membahagiaan. Pihak yang direpotkan dalam hal ini adalah PSSI. Apalagi aksi massa yang menimbulkan kericuhan bahkan sampai menjebol pagar stadion. Pihak lain yang tidak kalah direpotkan adalah pihak keamanan yang terdiri atas satuan anggota polisi. Mereka harus menertibkan para calon pembeli tiket final leg kedua Piala AFF. Para calon pembeli jug pasti direpotkan dengan hal itu, mereka rela menunggu loket dibuka dari Sabtu malam padahal loket baru dibuka pada Minggu pagi. Selain merasa direpotkan, para calon pembeli tiket juga merasa kecewa atas pelayanan PSSI dalam menangani penjualan tiket. Hingga mereka melakukan tindakan yang tidak sepanasnya yaitu menjarah tiket dan saling berebut tiket di dalam stadion. Ada hal yang menggembirakan dari kejadian tersebut, tentunya bagi para calon pembeli tiket yang tidak harus mengantre dua kali seperti pda pembelian tiket untuk pertandingan sebelumnya. Sebelumnya para calon pembeli tiket hanya diberi voucher dan harus menukarkannya dengan tiket yang akan dibeli. Berarti calon pembeli tiket harus mengantre pada pembelian voucher dan penukaran tiket. Hal ini tentu lebih menguras tenaga dari calon pembeli tiket.
d.      Menghubungkan
Kejadian menunggu, mengantre, berebut dan berdesak-desakan pastinya telah dialami oleh sebagian besar orang. Saya sendiri pernah mengalami hal tersebut. Keajian seperti ini memang sangat membosanka, melelahkan, bahkan memacu timbulnya emosi jika kita tidak sabar dalam menghadapinya. Apalgi ini juga bergantung pada situasi dan kondisi ketika kita ada dalam peristiwa tersebut. Sedikit kejadian yang memancing emosi mampu menimbulkan kericuhan yang akhirnya menyebankan kerugian, baik moral maupun material bagi diri sendiri maupun orang lain.
e.       Menyimpulkan
Simpulan yang dapat diambil dari berita tersebut yaitu massa yang mengantre untuk membeli tiket leg kedua final Piala AFF ricuh karena tidah puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh PSSI. Mereka menjarah dan memperebutkan tiket di dalam stadion dan sebelumnya telah menjebol gerbang stadion.

C.    Mengevaluasi Fakta

Dari berita tersebut, kita dapat memberikan evaluasi. PSSI seharusnya mampu mengantisipasi kejadian seperti ini terlebih dahulu. Karena belajar dari pengalaman, pembelian tiket pasti dapat menimbulkan kericuhan. Tidak hanya bagi PSSI, tetapi juga untuk pihak keamanan yang harus siap siaga menangani massa apabila timbul tindakan anarki yang dilakukan oleh massa. Jadi mereka terkasan belum mampu menghadapi massa. Para pembeli calon pembeli tiket juga tidak seharusnya menjebool pagar stadion dan menjarah tiket. PSSI tentunya telah memiliki sistem penjualan tiket yang apabila ditaati pasti mampu meminimalisasi keadaan. Tindakan para calon pembeli tiket dengan anarkisnya dinilai tidak bijak dan sesuka hati mereka sendiri.

D.    Mendapatkan Inspirasi

Kejadian tersebut menginspirasi saya bahwa masyarakat Indonesia begitu mencintai tim Garuda Indonesia. Mereka rela mengantre dari Sabtu malam hingga Minggu sore hanya untuk sekadar mendapatkan tiket masuk menonton pertandingan tim kesayangan mereka. Selain itu, inspirasi lain yang bisa dipetik adalah bahwa tindakan anarki tidak begitu saja menyelesaikan masalah tetapi justru menambah masalah baik bagi diri sendiri mauun orang lain. Bersabar dan bersabar dirasa sebagai tindakan yang paling tepat pada saat kita menuggu sesuatu. Karena dengan kesabaran pasti kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripada harus melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum.

E.     Mendapatkan Hiburan

Dari segi fisik saya mendapatkan hiburan setelah menonoton berita tersebut. Setelah menjalankan aktivitas harian yang cukup melelahkan, saya disuguhi berita tentang penjualan tiket leg kedua Piala AFF yang menurut saya sangat memberi informasi tentang keadaan yang sebenarnya di Gelora Bung Karno. Namun secara psikis, saya tidak mendapatkan hiburan. Saya merasa menyesal atas tindakan masyarakat Indonesia yang membuat kericuhan dan menimbulkan kerugian baik moral maupun material. Masyarakat indonesia terkesan ambisius dalam mendapatkan tiket tersebut. Padahal mereka telah menunggu dari Sabtu malam hungga Minggu sore untuk mendapatkan tiket tersebut.

F.     Memperbaiki Kemampuan Berbicara

Dalam membacakan berita, pembicara telah mempunyai kemampuan berbicara yang cukup baik. Apalagi ini adalah acara televisi yang disaksikan oleh jutaan rakyat Indonesia. Pembicara tentunya telah memiliki strategi khusus dalam membacakan beritanya, karena berita tersebut disiarkan dalam saluran televisi swasta yang terkenal. Jadi, dari cara pembicara membacakan berita tersebut, saya bisa mendapatkan pelajaran tentang bagaimanan membacakan berita yang baik. Hal ini tentu memperbaiki kemampuan berbicara saya baik dalam menggunakan kalimat efektif, pelafalan, maupun intonasi dalam membacakan sebuah berita.
BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari proses menyimak tersebut bahwa menyimak merupakan suatu keterampilan yang membutuhkan konsentrasi untuk mencapai pemahaman terhadap informasi yang hendak didapat sesuai dengan tujuan menyimak. Selain itu, kemampuan mempertahankan informasi juga merupakan hal yang penting dalam proses menyimak. Menyimak juga merupaka kegiatan menginterpretasi mkana terhadap hasil simakan dan setiap orang juga memiliki hasil interpretasi yang berbeda satu sama lain.

B.     Saran
    1.  Kita harus meperhatikan informasi yang kita simak dengan seksama agar mampu    mencapai tujuan menyimak semaksimal-maksimalnya.
   2. Untuk lebih mudah dalam menyimpan informasi yang kita dapatkan dari proses menyimak, ada baiknya kita mengguanakan alat bantu seperti perkam suara dan mediatulis.
     3.      Orang yang baik adalah orang yang tidak memplagiat karya orang lain.

Rabu, 16 Maret 2016

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA



ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
oleh: dewi astuti
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesusi dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia. Berarti penggunaan bahasa Indonesia yang berada di luar faktor-faktor penentu  komunikasi serta kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia bukan merupakan bahasa yang baik dan benar. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah penggunaan bahasa Indonesia, secara lisan maupun tertulis,yang berada di luar atau menyimpang dari faktor-faktor komunikasi dan kaidah kebahasaan dalam bahasa Indonesia (Tarigan, 1997).
Dalam analisis kesalahan berbahasa dapat dijumpai beberapa kategori kesalahan berbahasa, yaitu pada seluruh tataran linguistik meliputi tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana maupun semantik atau biasa juga disebut dengan fonem,morfem,frasa serta klausa.
Dalam kegiatan analisis kesalahan berbahasa pada setiap tataran linguistik, memiliki bentuk serta sumber kesalahan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkatannya. Selain itu masih banyak faktor penyebab adanya kesalahan berbahasa misal adanya interverensi (tekanan) bahasa pertama (BI) terhadap bahasa kedua (B2).
Dalam praktiknya, masih banyak ditemukan kesalahan-kesalahan berbahasa baik secara lisan maupun tulisan yang justru terus berkembang di masyarakat luas. Hal tersebut salah satunya dikarenakan akibat kurangnya perhatian terhadap bahasa Indonesia dalam pemakaiannya sehari-hari . Disamping itu, kesadaran untuk menjaga konsistensi bahasa Indonesia semakin pudar di kalangan masyarakat, sehingga pengaruh-pengaruh bahasa asing semakin digemari dan menjajah pertahanan bahasa Indonesia.



1.2  Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana analisis teks berdasarkan tataran morfologis dan bentuk kesalahan yang ditemukan?

1.3  Tujuan
Tujuan dalam makalah ini untuk menunjukkan analisis teks berdasarkan tataran morfologis dan bentuk kesalahan yang ditemukan


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Data Analisis Kesalahan Berbahasa
Teks Karangan Narasi
Kesialanku
Tepat pukul 11.00 WIB pekan lalu, aku baru pulang dari kuliah. Seperti biasanya aku pulang kerumah naik ojek yang berada didepan kampusku. Kebetulan saat itu matahari sangat terik-teriknya sehingga hawa panas menyelimuti tubuhku dan lagi ditambah rasa lapar yang sejak tadi menghantuiku, membuat suasana saat itu tak mengenakkan untukku.
Diperjalanan menuju kerumah terselip kejadian lucu, ternyata ojek yang aku naiki salah jalan. Tadinya aku sempat kesal namun setelah ia berbicara untuk menanyakan jalan yang benar, ia menggunakan logat bahasa jawa yang tak ku mengerti. Tanpa sengaja aku tertawa kecil. Namun aku nalar saja maksudnya adalah menanyakan jalan yang benar. Kejadian tersebut cukup membuat ku geli disaat terik matahari yang kian menusuk tubuhku.
Sesampainya dirumah kesialan kembali menerpaku. Ternyata rumahku masih terkunci, tak seorangpun yang berada didalam rumah dan kebetulan saat itu aku tidak membawa kunci cadangan. Kembali aku merasa sangat kesal saat itu. Akhirnya aku menunggu untuk beberapa menit sampai orang tua ku kembali. 10 menit pertama telah berlalu, aku masih duduk di kursi teras depan rumahku. 10 menit berikutnya pun telah berjalan tanpa kusadari, lagi-lagi tak kujumpai orang tua ku kembali.
Setelah hampir 40 menit aku menunggu dengan rasa bosan. Terbersit sekilas dalam pikiranku untuk menghubungi orang tua ku. Akhirnya aku menghubungi orang tua ku. Aku heran mengapa hal ini tak terpikirkan olehku sejak tadi, mungkin karena terlalu emosi sehingga hal sekecil itu tak lagi terpikirkan olehku.

Teks 2
Putri Natasha dan Putri Andine
Suatu hari disebuah kerajaan besar lahirlah seorang putri cantik yang bernama Putri Natasha. Wajahnya sangat cantik dan lucu. Putri Natasha lahir dari pasangan Raja Anthum dan Ratu Aurora. Semua orang sangat bahagia saat kelahiran Putri yang telah ditunggu-tunggu itu. Tepat dihari kelahiran Putri Natasha, didepan pintu gerbang istana terdapat seorang bayi kecil yang tergeletak tak berdaya. Akhirnya karena pihak istana tak tega untuk menyingkirkannya, bayi tersebut kemudian diasuh oleh pihak istana dan diberi nama Putri Andine
Dua tahun telah berlalu, Putri Natasha dan Putri Andine telah berubah menjadi putri-putri yang lucu, mereka telah menjadi seperti saudara kandung sendiri. Raja dan ratu pun senang melihat keakraban mereka, meskipun mereka belum memberitahukan bahwa Putri Andine bukanlah anak kandung mereka.
Saat menginjak usia 12 tahun, Putri Natasha terlihat lebih cantik daripada Putri Andine. Dan juga Putri Natasha lebih mirip Ratu Aurora. Putri Andine yang ketika itu menyadari bahwa Putri Natasha lebih cantik darinya dan lebih mirip kepada sang Ratu, mempunyai niat tak baik kepada Putri Natasha.
Suatu hari Putri Andine yang telah beniat jahat kepada Putri Natasha mencoba membuat wajah Putri Natasha menjadi buruk rupa dengan menyiramkan air panas kepada Putri Natasha. Namun sebelum sempat ia mencoba melakukannyaa, niat jahatnyaa telah diketahui oleh Ratu Aurora.
Akhirnya sang Ratu menceritakan mengapa ia tak mirip dengan Ratu Aurora. Putri Andine akhirnya menyadari dan kembali menjadi baik kepada Putri Natasha. Dan sekarang mereka menjadi putri-putri yang paling dikagumi dinegeri tersebut.

B.     Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Linguistik Tataran Morfologi Pada Teks 1 dan Teks 2

TEKS 1

1.      Analisis Kesalahan  Tataran Morfologi
No
KESALAHAN
JENIS KESALAHAN
ALASAN
PERBAIKAN
1.
Terbersit
Afiksasi
Dalam kata tersebut memiliki kata dasar “besit” yang artinya “terpikirkan”. Mendapatkan prefiks /Ter-/ menjadi Terbesit. Terjadi kesalahan yang diakibatkan ketidaksesuaian dengan kata dasar.
Terbesit
2
Kerumah
Afiksasi
/Ke/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah.
Ke rumah
3
Didepan
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah
Di depan
4
Diperjalanan
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah
Di perjalanan
5
Membuat ku
Afiksasi
Penulisan klitik (/ku/) di tulis serangkai dengan kata yang diikutinya.
Membuatku
6
Dirumah
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah
Di rumah
7
Didalam
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah
Di dalam
8
Orang tua ku
Afiksasi
Penulisan klitik (/ku/) di tulis serangkai dengan kata yang diikutinya.
Orang tuaku
9
Disaat
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  keterangan waktu, penulisannya dipisah
Di saat


TEKS 2

1.      Analisis Kesalahan  Pada Tataran Morfologi

No
KESALAHAN
JENIS KESALAHAN
ALASAN
PERBAIKAN
1.
Disebuah kerajaan
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah
Di sebuah kerajaan
2.
Didepan
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah
Di depan
3
Dinegeri
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah
Di negeri


BAB III
PENUTUP

Simpulan

Analiisiskesalahan berbahasa merupakan suatau studi bahasa yang digunakan untuk mencari kesalahan-kesalahan yan g terjadi dalam pennggunaan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Analisis kesalahan berbahasa dapat dikategorikan dalam kesalahan pada tataran fonologi, morfologi,sintaksisa, wacana maupun semantik. Dalam analisis pada tataran morfologi kebanyakan terjadi jenis kesalahan afiksasi.

Saran

Dalam analisis kesalahan berbahasa lebih baik menggunakan salah satu tataran linguistik saja, karena tidak semua teks mengandung kesalahan yang bersumber dari seluruh tataran bahasa dalam ilmu linguistik.