Kamis, 14 Januari 2016

Cara Membuat Ringkasan Buku

Cara Membuat Ringkasan Buku
  1. Membaca Naskah Asli
Bacalah naskah asli sekali atau dua kali, kalau perlu berulang kali agar Anda mengetahui kesan umum tentang karangan tersebut secara menyeluruh. Penulis ringkasan juga perlu mengetahui maksud dan sudut pandangan penulis naskah asli. Untuk mencapainya, judul dan daftar isi tulisan (kalau ada) dapat dijadikan pegangan karena perincian daftar isi memunyai pertalian dengan judul dan alinea-alinea dalam tulisan menunjang pokok-pokok yang tercantum dalam daftar isi.
  1. Mencatat Gagasan Utama
Jika Anda sudah menangkap maksud, kesan umum, dan sudut pandangan pengarang asli, silakan memperdalam dan mengonkritkan semua hal itu. Bacalah kembali karangan itu bagian demi bagian, alinea demi alinea sambil mencatat semua gagasan yang penting dalam bagian atau alinea itu. Pokok-pokok yang telah dicatat dipakai untuk menyusun sebuah ringkasan. Langkah kedua ini juga menggunakan judul dan daftar isi sebagai pegangan. Yang menjadi sasaran pencatatan adalah judul-judul bab, judul anak bab, dan alinea, kalau perlu gagasan bawahan alinea yang betul-betul esensial untuk memperjelas gagasan utama tadi juga dicatat.
  1. Mengadakan Reproduksi
Pakailah kesan umum dan hasil pencatatan untuk membuat ringkasan. Urutan isi disesuaikan dengan naskah asli, tapi kalimat-kalimat dalam ringkasan yang dibuat adalah kalimat-kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya. Bila gagasan yang telah dicatat ada yang masih kabur, silakan melihat kembali teks aslinya, tapi jangan melihat teks asli lagi untuk hal lainnya agar Anda tidak tergoda untuk menggunakan kalimat dari penulis asli. Karena kalimat penulis asli hanya boleh digunakan bila kalimat itu dianggap penting karena merupakan kaidah, kesimpulan, atau perumusan yang padat.
  1. Ketentuan Tambahan
Setelah melakukan langkah ketiga, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik.
    1. Susunlah ringkasan dalam kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
    2. Ringkaskanlah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Jika rangkaian gagasan panjang, gantilah dengan suatu gagasan sentral saja.
    3. Besarnya ringkasan tergantung jumlah alinea dan topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan. Ilustrasi, contoh, deskripsi, dsb. dapat dihilangkan, kecuali yang dianggap penting.
    4. Jika memungkinkan, buanglah semua keterangan atau kata sifat yang ada, meski terkadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah.
    5. Anda harus mempertahankan susunan gagasan dan urutan naskah. Tapi yang sudah dicatat dari karangan asli itulah yang harus dirumuskan kembali dalam kalimat ringkasan Anda. Jagalah juga agar tidak ada hal yang baru atau pikiran Anda sendiri yang dimasukkan dalam ringkasan.
    6. Agar dapat membedakan ringkasan sebuah tulisan biasa (bahasa tak langsung) dan sebuah pidato/ceramah (bahasa langsung) yang menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal atau jamak, ringkasan pidato atau ceramah itu harus ditulis dengan sudut pandangan orang ketiga.
    7. Dalam sebuah ringkasan ditentukan pula panjangnya. Karena itu, Anda harus melakukan seperti apa yang diminta. Bila diminta membuat ringkasan menjadi seperseratus dari karangan asli, maka haruslah membuat demikian. Untuk memastikan apakah ringkasan yang dibuat sudah seperti yang diminta, silakan hitung jumlah seluruh kata dalam karangan itu dan bagilah dengan seratus. Hasil pembagian itulah merupakan panjang karangan yang harus ditulisnya. Perhitungan ini tidak dimaksudkan agar Anda menghitung secara tepat jumlah riil kata yang ada. Tapi perkiraan yang dianggap mendekati kenyataan. Jika Anda harus meringkaskan suatu buku yang tebalnya 250 halaman menjadi sepersepuluhnya, perhitungan yang harus Anda lakukan adalah sebagai berikut:
1.      Panjang karangan asli (berupa kata) adalah: Jumlah halaman x Jumlah baris per halaman x Jumlah kata per baris = 250 x 35 X 9 kata = 78.750 kata.
2.      Panjang ringkasan berupa jumlah kata adalah: 78.750 : 10 = 7.875 kata. Panjang ringkasan berupa jumlah halaman ketikan adalah: jika kertas yang dipergunakan berukuran kuarto, jarak antar baris dua spasi, tiap baris rata-rata sembilan kata, pada halaman kertas kuarto dapat diketik 25 baris dengan jarak dua spasi, maka: Jumlah kata per halaman adalah: 25x 9 kata = 225. Jumlah halaman yang diperlukan adalah: 7.875:225 = 35 halaman.


SISTEMATIKA PENYUSUNAN PROPOSAL PTK


FORMAT PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)


JUDUL
Judul PTK haruslah dirumuskan secara singkat dan jelas, namun mampu menggambarkan masalah yang diteliti, tindakan perbaikan, hasil yang diharapkan, dan tempat penelitian.
Judul penelitian hendaknya disusun tidak lebih dari 18 kata, bahkan ada pihak sponsor yang mensyaratkan jumlah kata pada judul PTK tidak boleh lebih dari 15 kata.
Contoh judul PTK:
1.      Peningkatan proses dan hasil belajar dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Type Jigsaw dalam pembelajaran IPA pada Siswa Klas VI di SD 5 Ampenan.
2.      Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar IPA dengan menggunakan pendekatan konstruktuvisme pada Siswa Klas II SDN 40 Cakranegara.
3.      Penerapan Metode Eksprimen pada Pembelajaran IPA  untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Klas VI di SD 36 Cakranegera.
4.      Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat di Klas II SD 36 Ampenan Tahun 2009/2010.
5.      Meningkatkan hasil belajar melalui pembelajanan kooperatif pada mata pelajaran IPS (dapat dituliskan topik bahasan dan juga mata pelajarannya) di SD Negeri 2  Terara Kabupaten Lombok Timur.
6.      Penerapan pembelajaran model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran Fisika Kelas VII di SMP 5 Selong Kabupaten Lombok Timur.
7.      Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Mata Pelajaran Geografi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep tentang Perpindahan Penduduk Siswa Klas II M.Ts Negeri I Praya Lombok Tengah.

BAB I  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam menulis latar belakang masalah, unsur pokok yang harus ada antara lain.
1)            Apa yang seharusnya dapat dicapai atau dilakukan siswa. Misalnya, seharusnya siswa klas III SD sudah mampu membaca, menulis dan berhitung dengan lancar. ( Lihat SK-KD dalam kurikulum).
2)            Apa yang dicapai/dapat dilakukan saat ini. Pada bagian ini sebaiknya didukung oleh data emperis yang merupakan hasil pengamatan atau hasil ujian selama ini. Misalnya, berdasarkan hasil ujian, paling banyak  68 persen dari 40 orang siswa yang sudah mampu membaca, menulis, dan berhitung dengan lancar.
3)            Identifikasi kemungkinan-kemungkinan penyebabnya, semakin banyak semakin baik. Kemungkinan penyebabnya bisa berasal dari  siswa, guru, sekolah, orang tua, keluarga dan sebagainya. Misalnya, permasalahan tersebut kemungkinan disebabkan karena (1) guru kurang memberikan latihan kepada siswa, (2) guru tidak pernah menggunakan alat bantu mengajar, (3) kurangnya bahan bacaan yang disediakan sekolah, (4) sebagian besar siswa tidak pernah ikut TK/PAUD, (5) perhatian orang tua terhadap belajar anaknya kurang,..........,
4)            Dari identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, ambil salah satu atau lebih permasalahan yang perlu di atas, misalnya guru kurang memberikan latihan dan tugas dan pembelajarannya.
5)            Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan, kemukakan alternatif pembelajaran yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Misalnya pembelajaran dengan memberikan latihan dan tugas kepada siswa.
6)            Pada alinea terakhir, biasanya dikemukakan pentingnya tindakan yang akan dilakukan melalui PTK.

B. Pembatasan Masalah
       Biasanya judul dibuat ringkas, sehingga  variabel yang akan dikaji belum tergambar secara jelas. Oleh sebab itu, perlu ada pembatasan masalah.
Contoh Judul PTK
Peningkatan proses dan hasil belajar dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Type Jigsaw dalam pembelajaran IPA pada Siswa Klas VI di SD 5 Ampenan.
      Pembatasan masalah:
1)      Pembelajaran IPA dalam penelitian ini adalah ......
2)      Proses belajar dalam penelitian ini adalah .....
3)      Hasil Belajar dalam penelitian ini adalah .....
4)      Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw dalam penelitian ini adalah ......

C. Perumusan dan Pemecahan Masalah
1.      Perumusan masalah
      Rumusan masalah sebaiknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Komponen yang harus ada dalam rumusan masalah adalah (1) Tindakan yang akan dilakukan, (2) masalah yang akan diatasi atau tujuan, (3) lokasi penelitian dilakukan.   
Contoh Rumusan Masalah:
a.       Bagaimana penerapan metode diskusi dan pemberian tugas pada mata pelajaran IPS di kelas VII Semester 2 dalam meningkatkan hasil belajar siswa?.
b.      Apakah penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VI dalam pembelajaran IPA di SD 40 Cakranegara ?
 2. Pemecahan masalah
Pada bagian ini berisi uraian tentang alternatif tindakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas (PTK). Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pada akar penyebab timbulnya masalah dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah.
D.  Tujuan Penelitian
  Pada bagian ini, tulis secara singkat tujuan PTK yang ingin dicapai dengan berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan. Biasanya jumlah tujuan sama dengan jumlah rumusan masalah penelitian.
Contoh Tujuan penelitian
a.    Mendiskripsikan cara menerapkan metode diskusi pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b.      Mendiskripsikan langkah-langkah pemberian tugas yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa .........
c.    Meningkatkan aktivitas belajar siswa Klas VI pada pembelajaran IPA  di SD 40 Cakranegara

E.Manfaat Penelitian
  Uraikan manfaat hahsil PTK ini terhadap kualitas pembelajaran dan/atau pendidikan, sehingga nampak manfaatnya bagi siswa, guru, sekolah, dan mungkin juga komponen sekolah lainnya.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
a.             Deskripsi Teoretis
Pada bagian ini dicantumkan uraian kajian teori dan pustaka yang relevan dan menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan PTK. Kemukakan juga teori, temuan, dan hasil penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pembelajaran di kelas. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan.
Sebagai contoh, seorang guru melakukan PTK dengan menerapkan model pembelajaran berkelompok (learning together), maka pada kajian pustaka harus jelas dapat dikemukakan:
·        Kemukakan tentang Konsep/Teori learning together itu, siapa saja tokoh-tokoh yang mendukung/mengemukakan teori tersebut, apa yang spesifik dari teori ini, apa persyaratannya, dan lain-lain.
·        Kemukakan bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut pada pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pembeljarannya, dan sebagainya.
·        Kemukakan  keterkaitan atau pengaruh penerapan model pembelajaran tersebut dengan perubahan yang diharapkan atau terhadap masalah yang akan dipecahkan, dan hendaknya dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang sesuai.
Dalam kajian teori, sedapat mungkin, peneliti juga mengemukakan hasil-hasil penelitian yang relevan baik penelitian tindakan kelas maupun penelitian formal lainnya.  Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat landasan teori yang disusun peneliti bagaimana prakiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan model tersebut pada pembelajaran terhadap masalah yang akan dipecahkan.

 B. Kerangka Berpikir
Pada bagian ini, peneliti menjelaskan hubungan antara tindakan yang akan dilakukan dengan variabel yang diharapkan. Dengan kata lain, pada bagian inilah peneliti  menjelaskan ” mengapa tindakan yang akan dilakukan dapat meningkatkan variabel yang diteliti.  Pada kerangka berpikir inilah, peneliti menuangkan alur berpikir yang digunakan.

C. Hipotesis tindakan
Setelah masalah dirumuskan, guru perlu menyusun rencana tindakan, namun sebelum merumuskan rencana tindakan guru terlebih dahulu merumuskan hipotesis tindakan.
Hipotesis tindakan dirumuskan dalama bentuk keyakinan guru bahwa tindakan yang akan dilakukan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil pembelajaran. Hipotesis tindakan yang dirumuskan tentu harus relevan dengan permasalahanm yang telah dirumuskan.
      Contoh Rumusan Hipotesis PTK:
1.            Bila pembelajaran berorientasi proses diterapkan dalam pembelajaran, maka partisipasi siswa Klas V dalam pembelajaran IPA di SD 3 akan meningkat.
2.            Bila  dalam penyampaian materi pembelajaran menggunakan LKS, makapartisipasi siswa dalam pembelajaran IPS di ....... akan meningkat.
3.            Bila  strategi pembelajaran inkuiri diterapkan dalam dalam pembelajaran IPS, maka  hasil belajar siswa  Klas V pada materi pelajaran IPS akan meningkat
4.            Bila dalam metode eksperimen berbasis lingkungan diterapkan pada pembelajaran, aktivitas dan hasilbelajar  siswa kelas X SMA Negeri I Selong pada mata pelajaran belajar kimia akan meningkat.
5.            Dan seterusnya.


Contoh: 
Judul Penelitian  
:
Upaya meningkatkan Proses dan Hasil belajar IPA Dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Type Jigsaw Pada Siswa Klas VI SDN 5 Ampenan.
BAB II.
Kajian Pustaka dan Hipotesis Tindakan
:
A. Deskripsi Teoretis
1.      Hakikat Pembelajaran IPA di SD
2.      Tinjauan tentang Pembelajaran Cooperatif Tipe Jigsaw
3.      Tinjauan tentang Proses belajar
4.      Tinjauan Tentang Hasil Belajar
B.  Kerangka Berpikir
1.      Hubungan Pembelajaran model Cooperative Type Jigsaw dengan Proses Belajar IPA.
2.      Hubungan Pembelajaran Cooperative Type Jigsaw dengan hasil Belajar IPA.

C. Hipotesis Tindakan
1.      Bila dalam pembelajaran IPA diterapkan model Cooperative Type Jigsaw, maka akan meningkatkan Proses Belajar IPA siswa ......
2.      Bila dalam pembelajaran IPA diterapkan model Cooperative Type Jigsaw, maka akan meningkatkan hasil Belajar IPA siswa ......

BAB III  RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN
Pada bagian ini diuraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan obyek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus. Sistematika dalam ini meliputi:

A.     Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian.
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan dan lain sebagainya.

B.     Variabel yang diselidiki.
Variabel tersebut dapat berupa:
Dalam bentuk yang lebih sederahana, dicantumkan...
Variabel Tindakan
:
Penerapan Model pembelajaran Cooperative Type Jigsaw dalam pembelajaran IPA” 
Variabel harapan/output
:
Peningkatan Proses dan Hasil belajar IPA
C.     Rencana Tindakan.
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti :
1)         Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan tindakan, pelaksanaan tes diagnostik untuk menspesifikasi masalah, pembuatan skenario pembelajaran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang ditetapkan. Disamping itu juga diuraikan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.
2)          Implementasi Tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan. Skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
3)         Observasi dan Interpretasi, yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
4)         Analisis dan Refleksi, yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatka serta kriteria dan rencana bagi tindakan berikutnya.

D.    Data dan cara pengumpulannya.
Pada bagian ini ditunjukan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.

E.     Indikator kinerja,.
Pada bagian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindakan perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan yang diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
F.  Jadwal Kegiatan
Pada bagian ini, peneliti menulis biasanya dalam bentuk matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.

DAFTAR PUSTAKA
Semua pustaka yang dirujuk guna mendukung penelitian yang dilaksanakan harus dituliskan pada bagian ini. Daftar pustaka ditulis secara konsisten mengikuti urutan abjad dan mengikuti aturan tertentu, misalnya American Psychology Association (APA).
a. Untuk buku teks:
·                     Nama penulis (dibalik), Tahun., Judul buku ( tulis miring)., Kotaa penerbit: Nama Penerbit.
·                     Jika sumber bacaan (buku atau lainnya) tidak ada nama penulis, maka nama penulis diganti dengan sebutan ”Anonim”.
b. Untuk Jurnal/Majalah
      Nama Penulis, Tahun., Judul Tulisan., Nama jurnal/majalah (huruf miring), No., Volume.
c.  Hasil Penelitian/Laporan Penelitian
       Nama Peneliti, Tahun., Judul penelitian, Jenis penelitian., Sponsor/Sumber    
       dana, Kota.
Contoh:
Anonim., 2005. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas Tahun Anggaran 2006. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Jakarta.
Duffy, D.G., Show, S.A., Bare, W.D., and Goldsby, K.A., 1995. More Chemistry in a Soda Bottle, A Conversation of Mass Activity., Journal of Chemical Education, 72 (8), 734 – 736.
Purwanto, Heri, 2001. Pembinaan Tutor Sebaya sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Kognitif Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran Fisika Dasar I di Jurusan Fisika FMIPA UNS., Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Inovasi Pembelajaran di Perguruan Tinggi.Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sunyono, 2005., Optimalisasi Pembelajaran Kimia pada Siswa Kelas XI Semester 1 SMA Swadhipa Natar melalui Penerapan Metode Eksperimen Menggunakan Bahan yang Ada di Lingkungan., Laporan Hasil Penelitian (PTK), Dit.PPTK & KPT Ditjen Dikti, 2005.
Mohammad, T., 2004. Mengapa Mengantuk Saat Belajar?. http//www.myschoolnet. ppk.kpm.my/laman_map/belajar/belajar02/htm., Diakses tanggal 23 Juli 2007.