Rabu, 16 Maret 2016

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA



ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
oleh: dewi astuti
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesusi dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia. Berarti penggunaan bahasa Indonesia yang berada di luar faktor-faktor penentu  komunikasi serta kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia bukan merupakan bahasa yang baik dan benar. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah penggunaan bahasa Indonesia, secara lisan maupun tertulis,yang berada di luar atau menyimpang dari faktor-faktor komunikasi dan kaidah kebahasaan dalam bahasa Indonesia (Tarigan, 1997).
Dalam analisis kesalahan berbahasa dapat dijumpai beberapa kategori kesalahan berbahasa, yaitu pada seluruh tataran linguistik meliputi tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana maupun semantik atau biasa juga disebut dengan fonem,morfem,frasa serta klausa.
Dalam kegiatan analisis kesalahan berbahasa pada setiap tataran linguistik, memiliki bentuk serta sumber kesalahan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkatannya. Selain itu masih banyak faktor penyebab adanya kesalahan berbahasa misal adanya interverensi (tekanan) bahasa pertama (BI) terhadap bahasa kedua (B2).
Dalam praktiknya, masih banyak ditemukan kesalahan-kesalahan berbahasa baik secara lisan maupun tulisan yang justru terus berkembang di masyarakat luas. Hal tersebut salah satunya dikarenakan akibat kurangnya perhatian terhadap bahasa Indonesia dalam pemakaiannya sehari-hari . Disamping itu, kesadaran untuk menjaga konsistensi bahasa Indonesia semakin pudar di kalangan masyarakat, sehingga pengaruh-pengaruh bahasa asing semakin digemari dan menjajah pertahanan bahasa Indonesia.



1.2  Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana analisis teks berdasarkan tataran morfologis dan bentuk kesalahan yang ditemukan?

1.3  Tujuan
Tujuan dalam makalah ini untuk menunjukkan analisis teks berdasarkan tataran morfologis dan bentuk kesalahan yang ditemukan


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Data Analisis Kesalahan Berbahasa
Teks Karangan Narasi
Kesialanku
Tepat pukul 11.00 WIB pekan lalu, aku baru pulang dari kuliah. Seperti biasanya aku pulang kerumah naik ojek yang berada didepan kampusku. Kebetulan saat itu matahari sangat terik-teriknya sehingga hawa panas menyelimuti tubuhku dan lagi ditambah rasa lapar yang sejak tadi menghantuiku, membuat suasana saat itu tak mengenakkan untukku.
Diperjalanan menuju kerumah terselip kejadian lucu, ternyata ojek yang aku naiki salah jalan. Tadinya aku sempat kesal namun setelah ia berbicara untuk menanyakan jalan yang benar, ia menggunakan logat bahasa jawa yang tak ku mengerti. Tanpa sengaja aku tertawa kecil. Namun aku nalar saja maksudnya adalah menanyakan jalan yang benar. Kejadian tersebut cukup membuat ku geli disaat terik matahari yang kian menusuk tubuhku.
Sesampainya dirumah kesialan kembali menerpaku. Ternyata rumahku masih terkunci, tak seorangpun yang berada didalam rumah dan kebetulan saat itu aku tidak membawa kunci cadangan. Kembali aku merasa sangat kesal saat itu. Akhirnya aku menunggu untuk beberapa menit sampai orang tua ku kembali. 10 menit pertama telah berlalu, aku masih duduk di kursi teras depan rumahku. 10 menit berikutnya pun telah berjalan tanpa kusadari, lagi-lagi tak kujumpai orang tua ku kembali.
Setelah hampir 40 menit aku menunggu dengan rasa bosan. Terbersit sekilas dalam pikiranku untuk menghubungi orang tua ku. Akhirnya aku menghubungi orang tua ku. Aku heran mengapa hal ini tak terpikirkan olehku sejak tadi, mungkin karena terlalu emosi sehingga hal sekecil itu tak lagi terpikirkan olehku.

Teks 2
Putri Natasha dan Putri Andine
Suatu hari disebuah kerajaan besar lahirlah seorang putri cantik yang bernama Putri Natasha. Wajahnya sangat cantik dan lucu. Putri Natasha lahir dari pasangan Raja Anthum dan Ratu Aurora. Semua orang sangat bahagia saat kelahiran Putri yang telah ditunggu-tunggu itu. Tepat dihari kelahiran Putri Natasha, didepan pintu gerbang istana terdapat seorang bayi kecil yang tergeletak tak berdaya. Akhirnya karena pihak istana tak tega untuk menyingkirkannya, bayi tersebut kemudian diasuh oleh pihak istana dan diberi nama Putri Andine
Dua tahun telah berlalu, Putri Natasha dan Putri Andine telah berubah menjadi putri-putri yang lucu, mereka telah menjadi seperti saudara kandung sendiri. Raja dan ratu pun senang melihat keakraban mereka, meskipun mereka belum memberitahukan bahwa Putri Andine bukanlah anak kandung mereka.
Saat menginjak usia 12 tahun, Putri Natasha terlihat lebih cantik daripada Putri Andine. Dan juga Putri Natasha lebih mirip Ratu Aurora. Putri Andine yang ketika itu menyadari bahwa Putri Natasha lebih cantik darinya dan lebih mirip kepada sang Ratu, mempunyai niat tak baik kepada Putri Natasha.
Suatu hari Putri Andine yang telah beniat jahat kepada Putri Natasha mencoba membuat wajah Putri Natasha menjadi buruk rupa dengan menyiramkan air panas kepada Putri Natasha. Namun sebelum sempat ia mencoba melakukannyaa, niat jahatnyaa telah diketahui oleh Ratu Aurora.
Akhirnya sang Ratu menceritakan mengapa ia tak mirip dengan Ratu Aurora. Putri Andine akhirnya menyadari dan kembali menjadi baik kepada Putri Natasha. Dan sekarang mereka menjadi putri-putri yang paling dikagumi dinegeri tersebut.

B.     Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Linguistik Tataran Morfologi Pada Teks 1 dan Teks 2

TEKS 1

1.      Analisis Kesalahan  Tataran Morfologi
No
KESALAHAN
JENIS KESALAHAN
ALASAN
PERBAIKAN
1.
Terbersit
Afiksasi
Dalam kata tersebut memiliki kata dasar “besit” yang artinya “terpikirkan”. Mendapatkan prefiks /Ter-/ menjadi Terbesit. Terjadi kesalahan yang diakibatkan ketidaksesuaian dengan kata dasar.
Terbesit
2
Kerumah
Afiksasi
/Ke/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah.
Ke rumah
3
Didepan
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah
Di depan
4
Diperjalanan
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah
Di perjalanan
5
Membuat ku
Afiksasi
Penulisan klitik (/ku/) di tulis serangkai dengan kata yang diikutinya.
Membuatku
6
Dirumah
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah
Di rumah
7
Didalam
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah
Di dalam
8
Orang tua ku
Afiksasi
Penulisan klitik (/ku/) di tulis serangkai dengan kata yang diikutinya.
Orang tuaku
9
Disaat
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  keterangan waktu, penulisannya dipisah
Di saat


TEKS 2

1.      Analisis Kesalahan  Pada Tataran Morfologi

No
KESALAHAN
JENIS KESALAHAN
ALASAN
PERBAIKAN
1.
Disebuah kerajaan
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah
Di sebuah kerajaan
2.
Didepan
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah
Di depan
3
Dinegeri
Afiksasi
/Di/ sebagai kata depan jika diikuti oleh  kata tempat, penulisannya dipisah
Di negeri


BAB III
PENUTUP

Simpulan

Analiisiskesalahan berbahasa merupakan suatau studi bahasa yang digunakan untuk mencari kesalahan-kesalahan yan g terjadi dalam pennggunaan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Analisis kesalahan berbahasa dapat dikategorikan dalam kesalahan pada tataran fonologi, morfologi,sintaksisa, wacana maupun semantik. Dalam analisis pada tataran morfologi kebanyakan terjadi jenis kesalahan afiksasi.

Saran

Dalam analisis kesalahan berbahasa lebih baik menggunakan salah satu tataran linguistik saja, karena tidak semua teks mengandung kesalahan yang bersumber dari seluruh tataran bahasa dalam ilmu linguistik.
  





Sabtu, 20 Februari 2016

Hakikat, Sifat, dan Rumusan Penelitian

1. Hakikat Penelitian Ilmiah

a.       Penelitian ilmiah pada hakikatnya adalah pencerminan perwujudan metode ilmiah, Jujun Surtasumartri (1986:21), artinya memecahkan masalah atas dasar berfikir rasional dan berfikir empiris.
b.      Penelitian ilmiah, seperti yang dinyatakan oleh Kerlinger (1993) adalah penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap proposisi hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan terdapat antar gejala alam.
c.       Penelitian merupakan penelaah yang terkendali, sebab terkandung dua hal, yakni (a) adanya logika proses berfikir yang dinyatakan secara eksplisit dan (b) adanya informasi yang dikumpulkan secara empiris dan sistematis. logika berfikir dinyatakan eksplisit, nampak dalam prosesnya menempuh langkah-langkah yang sistematis, Nana Sudjana (2009:3).
d.      Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Hasil penelitian tidak pernah dimaksudkan sebagai suatu pemecah (solusi) langsung bagi permasalahan yang dihadapi karena penelitian merupakan bagian saja dari usaha peecahan masalah yang lebih besar, Azwar (2009: 11).
e.       Menurut Sugiyono, Penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan tujuan dan kegunaan tertentu.
f.       Depdiknas RI : Kerjasama ilmiah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka memperoleh informasi/temuan/produk baru melalui metodologi yang berkaitan erat dengan satu atau beberapa disiplin ilmu.

Dari pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ilmiah adalah pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian dilaukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
2. Sifat Penelitian dan Merumuskan Masalah Penelitian

Sifat Penelitian
a.       Bersifat kritis, analistis, artinya menunjukan adannya proses yang tepat untuk megidentifikasi masalah dan menentukan untuk pemecaha masalah.
b.      Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia.
c.       Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
d.      Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
e.       Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai berdasarkan pada fakta di lapangan.
Merumuskan masalah penelitian.
Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apayang ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu keilmupengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Rumusan masalah suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Jenis-jenis rumusan masalah menurut Sugiyono (2009: 35), sebagai berikut.
a.       Rumusan masalah deskriptif
Suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baru hanya pada satu variabel/ lebih (Variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini penelitian tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain dan mencari hub variabel dengan varibel yang lain.
b.      Rumusan masalah komparatif
Rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel/ lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda.
c.       Rumusan masalah Assosiatif
Rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih terdapat tiga bentuk hubungan yaitu semetris, klausa, dan interaktif/resiprocal/ timbal balik.
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. 
Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Perumusan masalah memiliki fungsi yaitu Fungsi pertama adalah sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan. Fungsi kedua, adalah sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan. Fungsi ketiga dari perumusan masalah, adalah sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang relevan dan data yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya. Sedangkan fungsi keempat dari suatu perumusan masalah adalah dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.



HAKIKAT MASALAH PENELITIAN

HAKIKAT MASALAH PENELITIAN
oleh: Ardian Asát

A.  Hakikat Masalah
1.    Masalah adalah persoalan yang menuntut adanya jawaban yang tepat dan akurat. 
2.    Masalah adalah:
a.    Kesenjangan antara yang dimiliki dengan apa yang dibutuhkan.
b.    Kesenjangan antara yang dilaksanakan dengan yang direncanakan. 
c.    Kesenjangan antara kenyataan dengan harapan.
d.   Kesenjangan dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif.

B.  Hakikat masalah penelitian
Penelitian atau riset adalah terjemahan dari bahasa Inggris research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah berasal dari bahasa Perancis recherche.Definisi lain dari  Penelitian adalah mencari jawaban atas masalah yang diajukan. Intinya hakikat penelitian adalah “mencari kembali”.
Definisi tentang penelitian yang muncul sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima”.
Dalam buku berjudul Introduction to Research, T. Hillway menambahkan bahwa penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut”. Ilmuwan lain bernama Woody memberikan gambaran bahwa penelitian adalah “metode menemukan kebenaran yang dilakukan dengan critical thinking (berpikir kritis)”.
Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah (unscientific method). Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas, penelitian banyak bersinggungan dengan pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga akhirnya penggunaan metode ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan disepakati umum dalam penelitian. Metode ilmiah juga dinilai lebih bisa diukur, dibuktikan dan dipahami dengan indera manusia. Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah (scientific research).
1.    Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berguna untuk memperoleh penemuan-penemuan yang tidak terduga sebelumnya dan membangun kerangka teoritis baru. Penelitian kualitatif biasanya mengejar data verbal yang lebih mewakili fenomena dan bukan angka-angka yang penuh prosentaase dan merata yang kurang mewakili keseluruhan fenomena. Dari penelaitian kualitatif tersebut, data yang diperoleh dari lapangan biasanya tidak terstruktur dan relative banyak, sehingga memungkinkan peneliti untuk menata, mengkritis, dan mengklasifikasikan yanglebih menarik melalui penelitian kualitatif. Istilah penelitian kualitatif, awalnya beraasal dari sebuah pengamatan pengamatan kuantitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif (Suwardi Endraswara, 2006:81).
Menurut Brannen (1997:9-12), secara epistemologis memangada sedikit perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jika penelitian kuantitatif selalu menentukan data dengan variabel-veriabel dan kategori ubahan, penelitian kualitatif justru sebaliknya. Perbedaan penting keduanya, terletak pada pengumpulan data. Tradisi kualitatif, peneliti sebagai instrument pengumpul data, mengikuti asumsi cultural, dan mengikuti data.
Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif. Penelitian kualitatif mencakup berbagai pendekatan yang berbeda satu sama lain tetapi memiliki karakteristik dan tujuan yang sama. Berbagai pendekatan tersebut dapat dikenal melalui berbagai istilah seperti: penelitian kualitatif, penelitian lapangan, penelitian naturalistik, penelitian interpretif, penelitian etnografik, penelitian post positivistic, penelitian fenomenologik, hermeneutic, humanistik dan studi kasus. Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti transkrip wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis dokumen dan artefak lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan institusional. Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat induktif.
Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit.
2.    Penelitian Kuantitatif
Menurut August Comte (1798-1857) menyatakan bahwa paradigma kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Karena penolakannya terhadap unsur metafisis dan teologis, positivisme kadang-kadang dianggap sebagai sebuah varian dari Materialisme (bila yang terakhir ini dikontraskan dengan Idealisme).
Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason). Secara epistemologis, dalam penelitian kuantitatif diterima suatu paradigma, bahwa sumber pengetahuan paling utama adalah fakta yang sudah pernah terjadi, dan lebih khusus lagi hal-hal yang dapat ditangkap pancaindera (exposed to sensory experience). Hal ini sekaligus mengindikasikan, bahwa secara ontologis, obyek studi penelitian kuantitatif adalah fenomena dan hubungan-hubungan umum antara fenomena-fenomena (general relations between phenomena). Yang dimaksud dengan fenomena di sini adalah sejalan dengan prinsip sensory experience yang terbatas pada external appearance given in sense perception saja. Karena pengetahuan itu bersumber dari fakta yang diperoleh melalui pancaindera, maka ilmu pengetahuan harus didasarkan pada eksperimen, induksi dan observasi (Edmund Husserl 1859-1926).
Sejalan dengan penjelasan di atas, secara epistemologi, paradigma kuantitatif berpandangan bahwa sumber ilmu itu terdiri dari dua, yaitu pemikiran rasional data empiris. Karena itu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi dan korespondensi. Koheren besarti sesuai dengan teori-teori terdahulu, serta korespondens berarti sesuai dengan kenyataan empiris. Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai dari proses perumusan hipotesis yang deduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru. Jadi, secara epistemologis, pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus; logico, hypothetico, verifikatif.
Tindakan
Tindakan adalah suatu perbuatan yang dilakukan dalam penelitian guna mencapai penelitian yang senpurna. Tindakan ini dimaksudkan agar peneliti mengetahui dengan jelas bahwa ada beberapa ketentuan dalam melakukan tindakan penelitian. Seperti halnya penelitian kualitatif dan kuantitatif, tindakan termasuk aspek yang perlu dikaji oleh seorang peneliti. Tindakan merupakan salah satu ketentuan dalam penelitian.

C.  Bagaimana cara menemukan permasalahan
Pada umumnya guru kurang atau belum menyadari bahwa apa yang dihadapi adalah masalah, dan tidak mempermasalahkan. Biasanya sesuatu baru dianggap sebagai masalah jika guru telah merasa kewalahan, tidak berdaya dan tidak mampu menghadapi sendiri. Maka cara yang dapat dilakukan guru
1.      Menuliskan semua hal yang dirasakan memerlukan perhatian, kepedulian karena akan mempunyai dampak yang tidak diharapkan terjadi, terutama terkait dengan pembelajaran; seperti intensitas waktu pembelajaran, penyampaian, daya tangkap dan serap siswa, alat/ media pembelajaran, manajemen kelas, motivasi, sikap dan nilai perilaku siswa, dan lain-lain.
2.      Kemudian dipilahkan dan diklasifikasikan menurut jenis/ bidang permasalahannya, jumlah siswa yang mengalami, dan tingkat frekuensi timbul.
3.      Urutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa mengalami dan masing-masing jenis permasalahannya.
4.      Dari setiap urutan ambillah 3-5 masalah dan coba dikonfirmasikan kepada guru yang mengajar mata pelajaran sejenis, baik di dalam sekolah sendiri atau guru di sekolah lain.
5.      Jika apa yang dirumuskan ternyata mendapat konfirmasi, maka masalah tersebut memang merupakan masalah yang patut untuk diangkat sebagai calon masalah.
6.      Masalah yang telah dikonfirmasi tersebut kemudian dikaji kelayakan dan signifikansiniya untuk dipilih.
7.      Pilihlah fokus permasalahan yang terbatas. yang berukuran kecil, yang dapat dicari solusinya dalam waktu singkat yang tersedia untuk melakukan penelitian tindakan.
8.      Pilihlah fokus permasalahan yang penting untuk diselesaikan bagi kepentingan guru/dosen dan siswa/mahasiswa, dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di kelas/ruang kuliah.
9.      Bekerjalah secara kolaboratif bersama mitra sejawat dalam penelitian ini, tanyalah apakah dia juga pernah menghadapi permasalahan yang semacam dengan masalah yang dihadapi guru/dosen.
10.  Sebaiknya fokus permasalahan yang dipilih relevan dengan tujuan dan rencana perkembangan sekolah atau fakultas secara keseluruhan.

D.   Bagaimana membuat rumusan masalah
Dalam memformulasikan atau merumuskan masalah, kiranya peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasanya berlaku yaitu dengan memperhatikan:
1.      aspek substansi;
2.      aspek formulasi; dan
3.      aspek teknis.
Dari sisi aspek substansi atau isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa/mirip yang dihadapi guru, kegunaan metodologik dengan diketemukannya model tindakan dan prosedurnya, serta kegunaan teoritik dalam memperkaya atau mengoreksi teori pembelajaran yang berlaku. Sedang dari sisi orisinalitas, apakah pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya. Jika sudah pernah berarti hanya merupakan pengulangan atau replikasi saja.
Pada aspek formulasi, seyogyanya masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat interogatif (pertanyaan), meskipun tidak dilarang dirumuskan dalam bentuk deklaratif (pernyataan). Hendaknya dalam rumusan masalah tidak terkandung masalah dalam masalah, tetapi lugas menyatakan secara eksplisit dan spesifik tentang apa yang dipermasalahkan.
Dan aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoritik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, kemampuan metodologi penelitian tindakan, kemampuan fasilitas untuk melakukan penelitian seperti dana, waktu, tenaga, dan perhatian terhadap masalah yang akan dipecahkan. Oleh karena itu, disarankan untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, guru dapat melakukan di kelasnya dan tidak memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang besar.
Analisis Masalah
Yang dimaksud dengan analisis masalah di sini ialah kajian terhadap permasalahan dilihat dan segi kelayakannya. Sebagai acuan dapat diajukan beberapa hal berikut.
1.      konteks, situasi atau iklim di mana masalah terjadi
2.      kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah
3.      keterlibatan komponen, aktor dalam terjadinya masalah
4.      kemungkin adanya alternatif solusi yang dapat diajukan
5.      ketepatan dan lama waktu yang diperlukan untuk pemecahan masalah
Analisis masalah tersebut dipergunakan untuk merancang rencana tindakan baik dalam menentukan spesifikasi/jenis tindakan, keterlibatan aktor yang berkolaborasi (berperan), waktu dalam satu siklus, identifikasi indikator perubahan peningkatan dan dampak tindakan, cara pemantauan kemajuan, dan lain-lain. Formulasi alternatif solusi yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan hanya mungkin dapat dilakukan jika analisis masalah dapat dilakukan dengan baik
Kesimpulannya: munculnya masalah penelitian didasarkan atas fakta empirik yang ada atau yang terjadi di lapangan. Oleh sebab itu perlu analisis atau kajian data, fenomena, fakta yang ada di lapangan, kemudian membandingkannya dengan harapan, keinginan, kebutuhan, berdasakan rencana, konsep, prinsip, aturan dan sistem yang berlaku.

Secara universal, terdapat tiga jenis pengetahuan yang selama ini mendasari kehidupan manusia yaitu: 
1)        logika yang dapat membedakan antara benar dan salah; 
2)        etika yang dapat membedakan antara baik dan buruk; serta 
3)        estetika yang dapat membedakan antara indah dan jelek. 

Kepekaan indra yang dimiliki, merupakan modal dasar dalam memperoleh pengetahuan tersebut. Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan ilmiah yang lazim dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu adalah bagian pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang didasari oleh dua teori kebenaran yaitu koherensi dan korespondensi. Koherensi menyatakan bahwa sesuatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui pendekatan logis atau berpikir secara rasional. Korespondensi menyatakan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut didasarkan atas fakta atau realita. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui pendekatan empirik atau bertolak dari fakta. Dengan demikian, kebenaran ilmu harus dapat dideskripsikan secara rasional dan dibuktikan secara empirik.
Koherensi dan korespondensi mendasari bagaimana ilmu diperoleh telah melahirkan cara mendapatkan kebenaran ilmiah. Proses untuk mendapatkan ilmu agar memiliki nilai kebenaran harus dilandasai oleh cara berpikir yang rasional berdasarkan logika dan berpikir empiris berdasarkan fakta. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah melalui penelitian. Banyak definisi tentang penelitian tergantung sudut pandang masing-masing. Penelitian dapat didefinisikan sebagai upaya mencari jawaban yang benar atas suatu masalah berdasarkan logika dan didukung oleh fakta empirik. Dapat pula dikatakan bahwa penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis melalui proses pengumpulan data, pengolah data, serta menarik kesimpulan berdasarkan data menggunakan metode dan teknik tertentu.
Pengertian tersebut di atas menyiratkan bahwa penelitian adalah langkah sistematis dalam upaya memecahkan masalah. Penelitian merupakan penelaahan terkendali yang mengandung dua hal pokok yaitu logika berpikir dan data atau informasi yang dikumpulkan secara empiris (Sudjana, 2001). Logika berpikir tampak dalam langkah-langkah sistematis mulai dari pengumpulan, pengolahan, analisis, penafsiran dan pengujian data sampai diperolehnya suatau kesimpulan. Informasi dikatakan empiris jika sumber data mengambarkan fakta yang terjadi bukan sekedar pemikiran atau rekayasa peneliti. Penelitian menggabungkan cara berpikir rasional yang didasari oleh logika/penalaran dan cara berpikir empiris yang didasari oleh fakta/ realita.
Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang dituangka dalam metode ilmiah. Metode ilmiah adalah kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting yakni pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning). Metode ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran maka pernyataan tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya secara empirik (berdasarkan fakta).